Jumat, 17 April 2009

Rumahku Istanaku

Semalam, saya melihat program yang cukup bagus di RCTI, yaitu program Bedah Rumah. Program ini ditayangkan setiap hari Kamis dan Jumat, pk. 18.15 WIT. Program ini bertujuan untuk menyentuh rasa kemanusiaan para pemirsanya, karena dalam program ini akan disajikan sebuah potret kehidupan dari orang-orang yang terpinggirkan dimana mereka adalah orang-orang yang sangat miskin namun berhati emas *tekun, ulet, tak pantang menyerah, sederhana*, yang tak mampu membangun rumah yang layak. Untuk menarik perhatian, program ini mengikutsertakan artis yang diminta untuk menyelami kehidupan para 'target bedah rumah'. Setelah sehari semalam tinggal bersama mereka, sang bintang tamu akan memberikan hadiah berupa tulisan, yaitu "Selamat! Rumah Anda akan kami bedah" dan sim salabim...dalam waktu yang singkat, hanya beberapa jam saja, rumah yang tadinya tak layak huni menjadi tak sekedar layak huni, tapi juga tampak elegan dengan desain eksterior dan interior yang sangat apik. Sebuah program yang bagus kan ?

Yang membuat saya penasaran adalah...apakah rumah yang telah dibedah itu akan awet mengingat dibangun hanya dalam waktu singkat ? Kemudian, apakah nantinya sang empunya rumah akan sanggup membiayai perawatan rumah dan segala perlengkapannya ? Saya sering memperhatikan, sebelum dibedah mereka tidak memiliki pesawat TV ataupun lemari es, tapi setelah dibedah mereka jadi punya segala macam peralatan elektronik dengan spesifikasi produk yang cukup mewah. Darimana mereka akan membayar tagihan listriknya ya? Dan, saya jadi khawatir bahwa nantinya mereka tidak dapat menerima BLT (Bantuan Langsung Tunai), yang sempat diributkan oleh partai-partai politik saat kampanye pemilu kemarin, karena dengan tampilan rumah yang bagus mereka akan dicap sebagai kalangan berpunya. Duh...semoga saja hal-hal yang saya kuatirkan di atas sudah dipikirkan oleh penggagas program briliyian ini!

Sayangnya, program ini hanya diadakan di sekitar kota Jakarta saja, tidak menyentuh propinsi lain *atau saya yang tidak tahu ya?* Padahal, jika kita melihat daerah lain, misalnya Merauke *contoh yang sangat gampang karena saya tinggal disini*, ada banyak rumah yang lebih tidak layak huni dibandingkan dengan rumah-rumah yang masuk program bedah rumah. Rata-rata rumah di kabupaten Merauke didirikan atas bantuan pemerintah, terutama rumah untuk masyarakat lokal dan masyarakat transmigran. Memang ada banyak rumah bantuan yang akhirnya berkembang menjadi rumah yang nyaman untuk jadi tempat tinggal, tapi masih banyak juga rumah yang semakin bobrok hingga kondisinya mengkhawatirkan. Rumah-rumah ini terbuat dari papan kayu dengan ukuran sekitar 4x5m dengan kamar mandi dan WC yang terpisah jauh dari rumah. Listrik-pun seringkali tak mereka miliki. Apakah ini bisa disebut layak huni ? Seringkali ketika melewati rumah-rumah tersebut saya tidak percaya bahwa saya masih ada di Indonesia, karena saya terbiasa melihat rumah tembok dengan desain arsitektur yang canggih dan dilengkapi dengan 'isi rumah' yang cukup komplit. *saya harus mengucap syukur berkali-kali setiap kali melihat rumah papan itu*
Duh...kenapa ya program Bedah Rumah tidak diadakan di Merauke juga ?

Foto diambil di Muara Bian.
Rumah di atas masih termasuk dalam kategori rumah papan yang cukup besar dan layak di Merauke


Tidak ada komentar:

Posting Komentar