Pemilu akhirnya datang lagi setelah 5 tahun berlalu sejak tahun 2004. Pemilu kali ini saya cukup bersemangat untuk berpartisipasi karena alasan-alasan eksternal, yaitu ini pemilu pertama saya di daerah Indonesia Timur jadi saya ingin ikut merasakan situasinya, dan kedua...saya ingin mencoba menggunakan kamera baru saya untuk memotret momen-momen khusus. Hehehehe...alasan yang aneh ya ? Saya sendiri tidak terlalu tertarik dengan siapa yang menang karena menurut saya, siapapun pemenangnya tidak terlalu signifikan merubah kehidupan saya.
Jam 10 saya datang ke kantor karena ada janji dengan teman-teman yang tergabung dalam 1 TPS untuk mencontreng bersama. Menurut informasi yang kami peroleh dari OB di kantor, kami terdaftar di TPS 21, yaitu TPS yang terletak di sasana tinju, belakang kantor. Kami-pun bergegas kesana karena menurut informasi, kami harus mendaftar dulu kemudian menunggu untuk dapat panggilan dan saat ini, situasinya sedang antri. Sampai disana, kami memang melihat ada banyak orang tengah antri dan kami sempat bingung tentang tata cara pendaftaran dan pemilihan karena tidak ada keterangan apapun yang ditempel di TPS. Akhirnya, kami iseng melihat DPT yang dipasang di pintu masuk dan...nama kami tidak ada. Weks! Takut bahwa kami kurang teliti melihat DPT karena nama tidak tersusun sesuai abjad, kami menelusuri lagi satu demi satu nama dari berlembar lembar DPT TPS 21 dan nama kami-pun tetap tak ada. Wah...bagaimana ini? Salah seorang petugas TPS menyarankan kami untuk melihat DPT di kantor kelurahan karena disana datanya lengkap. Hmm...untung saja kantor kelurahan letaknya dekat, jadi kami-pun rela menuju ke sana untuk menunaikan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
Sesampainya di kantor kelurahan, kami tidak sendiri. Ada banyak orang yang sibuk mencari nama masing-masing di dalam DPT yang ditempel di papan pengumuman kantor kelurahan. Masih tidak percaya nama kami tidak ada di TPS 21, sekali lagi saya mencari nama kami dalam DPT TPS 21 dan daftar itu tetap sama, tidak ada yang berubah-nama kami tetap tidak ada. Fiuh! Akhirnya, saya melirik DPT di sebelah, yaitu di TPS 22. Lembar demi lembar saya susuri hingga ke halaman terakhir dan...nama saya tertera dengan indahnya di urutan 295. Duh senangnya... Saya bisa ikut pemilu di TPS 22! Yang saya heran, kami beralamat di satu rumah tapi berbeda TPS. OB dan istrinya terdaftar di TPS 21, sementara saya dan 4 teman yang lain terdaftar di TPS 22. Ada yang tahu bagaimana cara penyusunan DPT?
Dari kantor kelurahan, kami langsung meluncur ke TPS 22 yang berlokasi di kantor DISPENDA, Merauke, 300 m dari kantor. Sampai disana, TPS sepi, hanya ada para saksi saja. Saya kurang tahu pasti apakah kami yang datang terlambat atau TPS ini memang sepi peminat karena menurut kabar burung, Pemilu kali ini jumlah golput meningkat pesat. Kami langsung mendaftar di petugas pendaftaran dengan menunjukkan KTP masing-masing. Setelah itu, langsung menuju petugas yang memberikan kartu suara. Kami dapat 4 macam kertas suara, entah untuk apa saja, yang jelas warnanya kuning, merah, biru dan hijau. Kami dapat pesan sponsor dari petugas tersebut, "Nanti kalau kertas suaranya robek, kasih kembali ya!"
Setelah mendapat kertas suara, kami langsung menuju bilik pemungutan suara. Yang pertama saya buka ternyata kertas suara untuk perwakilan daerah dan saya bingung karena tidak mengenal sama sekali caleg-caleg yang wajahnya terpampang di kertas suara itu. Beberapa memang pernah saya lihat di poster-poster sepanjang jalan tapi saya tidak yakin dengan reputasinya, jadi saya melewatkan kertas suara perwakilan daerah tersebut dan berniat untuk golput. Kertas berikutnya yang saya buka adalah kertas suara yang memuat nama partai dan calegnya, tapi saya tidak memperhatikan untuk pemilihan mana. Karena saya hanya memilih partai, saya tidak begitu peduli pada caleg-calegnya. Selesai mencontreng, saya kesulitan untuk melipat kertas suaranya! Butuh waktu 1,5 menit untuk menemukan pola lipatan yang benar. Hehehe...lambat banget ya? Tapi, itu hanya berlaku untuk kertas suara pertama saja. Kertas suara kedua dan ketiga saya sudah paham pola lipatan dan letak partai pilihan saya, jadi tidak perlu membuka kertas suaranya lebar-lebar, jadi waktu yang dibutuhkan untuk mencontreng tidak lama. Tapi kerugiannya adalah saya jadi tidak tahu kalau ada cacat di kertas suara itu. Biarlah...! Setelah 3 kertas suara selesai, saya teringat pada iklan yang dibintangi Maudy Kusnaidi, yaitu "PILIH CALEG PEREMPUAN!". Akhirnya, saya buka kembali kertas suara untuk perwakilan daerah dan saya contreng caleg perempuan yang paling 'lokal'. Hehehe...kemakan iklan banget ya? Hidup Perempuan!
Contreng mencontreng-pun selesai, saya kemudian memasukkan semua kartu ke dalam kotaknya masing-masing. Dan, mencelupkan jari di tutup botol tinta pemilu sebagai tanda sudah menggunakan hak pilih. Lup...kelingking saya-pun jadi biru! Sayangnya, petugas di TPS 22 ini kurang sigap dalam menunaikan tugasnya. Saya hampir kelupaan mencelupkan jari, bahkan teman saya sudah pergi dari TPS, baru ingat belum mencelupkan jari dan tak satupun petugas TPS yang mengingatkan padahal botol tinta dijaga oleh petugas tersendiri. Hmm...semoga saja itu adalah kejadian yang tidak disengaja! Selesai memilih, kami-pun pulang ke rumah masing-masing. Hingga saat ini, saya tidak tahu siapa yang tampil jadi pemenang di TPS 22. Epen kah? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar