Rabu, 11 Maret 2015

Life on street: Motor pengantin

Sejak saya kembali tinggal dan bekerja di daerah Bekasi dan Jakarta, saya terpaksa harus mengendarai sepeda motor untuk bepergian. Naik sepeda motor sebenarnya bukan pengalaman yang baru buat saya, apalagi dulu jaman masih kuliah, saya sering menjelajah berbagai pelosok pulau Jawa dengan menggunakan motor honda astrea prima milik ayah saya yang bandel sekali dalam segala medan dan cuaca. Pengalaman berkendara terjauh dan melelahkan saya adalah 4 jam nonstop dari Jogja ke Pacitan dengan jarak ratusan kilometer. Sampai di lokasi, tangan saya rasanya kebas dan tidak berhenti gemetar karena seringnya melewati jalan yang bergelombang.
Dan bagaimana pengalaman berkendara di daerah Bekasi dan Jakarta? Amazing! Menurut saya lebih melelahkan daripada Jogja-Pacitan karena saya naik motor tiap hari dengan jarak tempuh 34km pp. Jaraknya memang lebih pendek daripada Jogja Pacitan, namun konsentrasi yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut benar benar luar biasa, apalagi jika bertemu dengan musuh besar para pengguna kendaraan, yaitu macet dan banjir. Kepala saya biasanya akan langsung terasa nyeri setiap kali menemui dua hal di atas, apalagi di malam hari. Kombinasi antara rasa capek, mengantuk, jalanan macet, dan banjir benar benar menguji iman. Dan untuk meredakan ketegangan tersebut, saya akan mencoba untuk menuliskan apa yang saya lihat, rasakan, dan jalani selama perjalanan menggunakan motor sebagai media katarsis sekaligus sebagai media pembelajaran bagi kita semua dalam berperilaku di jalan, setidaknya bahan evaluasi untuk perilaku saya sendiri di jalan.

Perilaku yang menurut saya unik hari ini adalah pengendara motor yang beriringan seperti pengantin. Kenapa saya bilang seperti pengantin? Karena salah satu pengendara motor ini menumpangkan kaki kanannya bukan pada footstep motornya sendiri, tapi pada motor temannya sehingga jika dilihat, mereka ini seperti berjalan beriringan bergandengan bak pengantin. Entah apa alasannya melakukan hal tersebut, yang jelas saya tidak melihat adanya keanehan pada motor yang 'nebeng'. Ban tidak bocor, dan bensin tidak habis. Dan mereka berkendara di tengah tengah jalan dengan laju kecepatan sedang, tanpa merasa bersalah bahwa mereka menghambat laju kendaraan di belakangnya.

Hal unik kedua di jalan hari ini adalah mobil polisi yang lampu depannya mati sebelah. Lha gimana mau membuat pengguna jalan patuh aturan kalau yang menegakkan aturan juga melakukan hal yang sama, melanggar aturan. Kalau di tempat kerja saya, sebelum mengoperasikan kendaraan, wajib untuk melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kendaraan, mulai dari kelengkapan kendaraan sampai fungsi dari masing-masing alat di dalam kendaraan tersebut. Jika ada yang tidak lengkap atau tidak berfungsi, maka kendaraan tidak boleh dioperasikan apapun alasannya karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain jika dipaksakan untuk dipakai. Apakah polisi tidak memiliki mekanisme pengecekan seperti itu ya?

Sudahkah anda mengecek kondisi kendaraan anda sebelum dioperasikan?