Sabtu, 02 Maret 2013

Resensi film : BLIND DATING

Iseng-iseng meng-copy film dari hard disk external seorang teman yang saya pinjam kali ini berbuah manis karena saya mendapatkan film yang keren banget. Cool! Judulnya seperti yang tertera di subject artikel ini : Blind Dating.
Awalnya saya kira ini adalah film dengan rating dewasa, tapi ternyata film ini adalah film keluarga yang sangat menyentuh sekali, meskipun belum sampai membuat saya berderai air mata, namun cukup untuk membuat kepala saya sedikit pening karena menahan luapan emosi haru.

Film ini bercerita tentang kisah seorang anak bernama Danny V (nama keluarganya sulit sekali dan saya tidak bisa menuliskannya dengan tepat. Maaf…!). Ia dilahirkan buta karena ia lahir premature 3 bulan lebih awal. Meskipun terlahir buta, namun Ia dididik sama seperti anak normal lainnya. Keluarganya sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Ibunya cukup protektif dan mengkuatirkan keadaannya karena merasa bersalah telah membuat Danny lahir premature. Ayahnya mengajarkan pada Danny segala hal yang sebenarnya tidak mungkin dilakukan oleh anak yang mengalami kebutaan, seperti berlatih memukul bola baseball. Kakaknya Larry (Lorenzo) adalah anak yang bandel dan usil namun sangat menyayangi Danny. Usia mereka hanya terpaut 2 tahun saja dan Ia sudah mengerjakan tugasnya menjaga dan mengajarkan segala sesuatu kepada Danny sejak mereka masih kecil sekali. Danny dikelilingi oleh orang-orang yang penuh cinta dan perhatian. Selain keluarga, Ia juga punya seorang sahabat dekat, seorang pria Afro Amerika bernama Jay. Jay dan Danny selalu memanfaatkan kemampuan Danny shooting bola basket untuk bertaruh bahwa Danny akan menang dalam melakukan shooting bola basket melawan orang normal, dan tentu saja mereka menang taruhan karena mereka adalah team yang hebat. Danny bergerak berdasarkan suara yang dibuat oleh Jay di sekitar jaring sehingga Danny dapat menembak bola dengan tepat. Selain Jay, Ia juga memiliki seorang psikolog pribadi yang selalu setia mendengarkan curahan emosi Danny, namun psikolog ini memiliki keanehan yaitu ia memiliki dorongan seksual yang tinggi dan selalu berusaha telanjang di depan Danny ketika mereka sedang melakukan konsultasi psikologis (kelainan ini masih terasa dipaksakan buat saya dan saya tidak dapat menangkap maksudnya, apakah ini memang kelainan yang dimiliki psikolog itu karena memiliki dorongan seksual yang tinggi ataukah hanya karena dia terangsang melihat Danny yang memang tampan-absurd).

Suatu hari, Danny dan Larry jalan bersama-sama menggunakan limosin perusahaan yang dikelola oleh Larry. Kebetulan saat itu, Larry sedang membawa tamu special, yaitu seorang pelacur yang menggunakan limusin Larry sebagai tempat transaksi. Selesai berbisnis, pelacur yang dibawa Larry mencoba menggoda Danny, namun Danny tak bergeming karena Ia tidak dapat melihat kemolekan tubuh si pelacur. Hal ini membuat Larry memiliki ide karena ia kuatir di usia Danny yang menginjak 23 tahun, Ia belum pernah merasakan hubungan seksual dengan wanita manapun. Ide itulah meng-arrange kencan buta untuk Danny. Gadis-gadis yang dibawa Larry ternyata masuk dalam kategori tidak biasa sehingga berantakanlah kencan buta si pria buta. Ada yang terlalu sensitive sehingga tidak berhenti menangis ketika mengetahui bahwa Danny ternyata buta. Ada yang memperlakukannya seperti anaknya dan ternyata wanita itu adalah wanita yang perkasa/jantan sehingga membuat Danny lari terbirit-birit karena dipaksa untuk berhubungan seks dengannya. Ada juga seorang pelacur yang akhirnya membuat Danny marah besar pada Larry karena ia telah berjanji akan mengenalkan Danny pada seorang gadis baik-baik. Dan terakhir ada seorang gadis dari kalangan atas dimana Danny bersikeras untuk menyembunyikan kenyataan bahwa dirinya buta dari sang gadis. Bisa diduga, rencana itu hancur berantakan hanya gara-gara salah satu orang yang dipercaya untuk menjalankan scenario blind dating itu tiba-tiba terserang flu dan harus pulang lebih cepat. Semua kencan buta yang sudah disetting Larry-pun gagal total.

Di tengah-tengah Larry sibuk mencarikan teman kencan buta untuk Danny, ia bertemu dengan seorang gadis di klinik tempat Danny akan melangsungkan percobaan pengobatan untuk pasien yang mengalami kebutaan. Gadis itu adalah gadis India yang sudah dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang pria India juga. Danny jatuh cinta pada Leeza. Singkat cerita, mereka-pun sering bertemu dan benih-benih cinta-pun tersemai di hati keduanya. Namun karena Leeza sudah berjanji pada orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan orang tuanya dan ia tidak dapat melanggar adat budaya nenek moyangnya, Ia-pun terpaksa memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Danny. Danny-pun patah hati dan percaya bahwa Leeza memutuskannya karena ia buta. Sama-sama hancur perasaannya dan sama-sama terluka, namun mereka tidak dapat berbuat banyak.

Danny akhirnya menjalani operasi neurologis agar ia dapat melihat, setidaknya dalam warna hitam putih. Operasi berjalan dengan lancar dan uji coba melihat menggunakan alat bantu yang memanfaatkan rangsangan pada syaraf di otak juga memberikan hasil yang positif. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena proses itu ternyata membuat Danny kesakitan. Uji coba dihentikan sementara waktu. Danny yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Leeza-pun nekat tetap menggunakan alat gagal tersebut agar bisa melihat wajah Leeza untuk terakhir kalinya sebelum ia akan terperangkap dalam kegelapan lagi. Danny hadir di saat yang tidak tepat karena pada saat yang bersamaan, Leeza tengah mengadakan acara pertunangan dengan pria pilihan orang tuanya. Meski sedikit klise dan sudah bisa ditebak jalan akhirnya, tak urung ending film ini membuat saya terharu karena kata-kata yang diucapkan Danny kepada Leeza ketika ia akhirnya berani mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya :
"Biarkan aku mengatakan apa itu artinya cinta. Cinta adalah bagaimana kau berbicara denganku. Kau memiliki kelembutan dalam suaramu yang menyentuhku. Dan cinta adalah bagaimana kau menyentuhku dan menuntunku, menunjukkan jalan bagiku dan pada saat kita berciuman, ciuman itu menggerakkan jiwa ragaku."
Oh so sweet… The end. Danny mendapatkan restu dari orang tua Leeza untuk menjalin hubungan dengan anaknya dan keluarga Danny yang berdarah Latin dapat menyesuaikan diri dengan keluarga Leeza yang berdarah India. A happy ending story.

Nice movie, isn't it ? Saya kira moral dari film itu adalah cinta tidak mengenal keterbatasan fisik dan budaya karena cinta berasal dari hati. Meskipun film ini adalah fiksi belaka tapi benar-benar menyentuh terutama pada adegan-adegan yang menggambarkan bagaimana keluarga saling men-support, bagaimana memperlakukan orang yang cacat fisik tanpa melihat keterbatasan mereka, namun focus pada kelebihan yang dimilikinya.
Anda harus menontonnya!


Powered by Telkomsel BlackBerry®