Senin, 25 Februari 2013

Resensi Film : ACCEPTED



Have you heard about this movie before? I haven’t until I read my friend’s timeline about this film. This is what he said on his facebook : 

“Accepted. Bercerita tentang seorang remaja yang ditolak 8 kali masuk kuliah dan akhirnya memutuskan untuk mendirikan universitas sendiri untuk membuat orang tuanya terkesan. Sudah nonton 3 kali dan gak pernah bosan lihat film ini.”

Sebuah testimony yang sangat mengusik rasa penasaran saya untuk ikut melihat filmnya. Seberapa istimewanyakah film ini sampai orang sanggup menontonnya berkali-kali? Jujur saja, berdasarkan pengalaman sendiri, saya jarang menonton film yang sama berkali-kali hanya karena saya sangat terkesan dengan filmnya. Andaikata saya menontonnya untuk kedua kali atau ketiga kali, itu lebih karena disebabkan saya sudah tidak punya tontonan lain dan saya punya banyak waktu luang yang sayang jika hanya dihabiskan untuk tidur. 

Film ini bercerita tentang seorang remaja Amerika yang baru saja menamatkan SMA-nya dan sedang berusaha untuk dapat diterima di salah satu Perguruan Tinggi yang ada. Namanya adalah Bartleby Gaines. Ia adalah anak yang kritis dan easy going, namun sayangnya Ia kurang beruntung karena tidak ada satupun Universitas yang mau menerimanya dan tentu saja hal ini mengecewakan orang tuanya. Orang tuanya beranggapan bahwa orang akan menjadi sukses jika mereka menempuh pendidikan di Universitas. Demi untuk memuaskan keinginan orang tuanya, B akhirnya melakukan kebohongan bahwa Ia diterima di sebuah Universitas, yaitu South Hammon Institute Of Technology (S.H.I.T). Kebohongan yang awalnya diciptakan hanya untuk membuat orang tuanya terkesan bahwa Ia akhirnya dapat diterima di sebuah Universitas akhirnya menjadi masalah yang semakin besar. Orang tuanya bersikukuh mengantarkannya ke kampus di hari pertamanya kuliah, dan hal ini menuntut dia untuk menyediakan gedung yang layak untuk menutupi kebohongannya tersebut. Akhirnya ditemukanlah sebuah gedung bekas rumah sakit jiwa yang sudah tidak terpakai. Beberapa renovasi dilakukan hanya sekedar untuk membuat orang tuanya percaya bahwa universitas tersebut adalah nyata adanya. Kemudian, orang tuanya menuntut untuk bertemu dekan karena mereka ingin memastikan anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik. Akhirnya, Ia mengajak paman seorang temannya yang pernah menjadi dosen namun kemudian dipecat karena kebiasannya yang suka minum-minum. Ternyata persoalan tidak selesai sampai di situ. Karena kesalahan pembuatan website ‘Universitas Khayalan’, tiba-tiba datanglah sebuah kejutan di hari pertama kuliah karena kemudian ada banyak orang yang mendaftar untuk kuliah di S.H.I.T. Tak kuasa menolak dan mengatakan yang sejujurnya pada orang-orang yang semuanya ditolak untuk masuk Universitas yang sesungguhnya menyebabkan B terpaksa melanjutkan pendirian universitasnya.
Tidak menyangka akan perkembangan yang terjadi, maka B akhirnya memiliki ide untuk menanyakan pada masing-masing mahasiswa (i) tentang apa yang sebenarnya ingin mereka pelajari dan Ia-pun membebaskan setiap mahasiswa (i) untuk berkreasi sesuai dengan keinginan mereka tersebut. Alhasil, setiap mahasiswa hanya mendapatkan fasilitas untuk mendukung apa yang ingin mereka pelajari dan proses belajar mengajar diserahkan sepenuhnya pada kreatifitas mereka. Kampus-pun jadi meriah, terasa menyenangkan, tidak menegangkan dan sangat menghargai. Sangat berbeda dengan kampus Hammon (asli) yang sudah berdiri sejak 153 tahun yang lalu. Kampus Hammon sangat bangga akan tradisi perploncoan-nya yang kerap melecehkan mahasiswa yang tidak popular dan tidak keren. Konflik-pun tidak dapat dihindari antara kampus S.H.I.T dan kampus Hammon yang asli. Puncaknya, para petinggi kampus Hammon asli mengungkapkan identitas kampus S.H.I.T yang ternyata hanyalah palsu belaka. Semua orang kecewa, namun B tetap gigih ingin mempertahankan kampus yang memberikan harapan baru bagi orang-orang yang sudah mengalami penolakan dimana-mana, apalagi setelah Dewan Pendidikan Tinggi memberinya kesempatan untuk mengajukan akreditasi bagi kampus S.H.I.T. Tak disangka, yang mendukung B sangatlah banyak dan semua mahasiswa (i) hadir dalam sidang akreditasi tersebut. B berhasil meyakinkan dewan bahwa yang dibutuhkan mahasiswa (i) adalah sebuah wahana pembelajaran yang kreatif dimana seluruh mahasiswa (i) dapat berkembang sesuai dengan keinginan, minat dan kemampuan masing-masing. Dan akhirnya, S.H.I.T pun berhasil mendapatkan akreditasi meskipun harus menjalani masa percobaan 1 tahun. 

Sebuah kisah yang apik kan ? Bukan film terkenal namun pesan yang dibawa oleh film ini sangatlah mengena dan menurut saya cukup menampar wajah system pendidikan. Apa sebenarnya tujuan dari kuliah ? Tujuan kuliah adalah mempersiapkan mahasiswa (i) menjadi orang yang mandiri dan memiliki pengetahuan sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Terlihat mudah tujuannya namun dalam pelaksanaannya seringkali system pendidikan lupa meng-akomodir keinginan dan kebutuhan setiap individu untuk menjadi kreatif. Seluruh system pendidikan di-setting seragam dengan tujuan yang pasti yaitu meluluskan siswa dengan nilai yang tinggi, persetan apakah mereka benar-benar mengerti atau tidak, apakah pengetahuan yang mereka ajarkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sang siswa kelak atau tidak dan apakah mereka dapat menghidupi dirinya dari belajar di bangku sekolah atau tidak. Akhirnya tujuan dari pendidikan-pun menjadi absurd, tak jelas arahnya. 

Apakah kita akan menjadi sukses dengan bersekolah ? Think twice!!

Life on Site : Selingkuh Itu Sedang Musim



Saya membuat tulisan ini karena terinspirasi dari kata-kata Sule dalam acara Pas Mantab di Trans 7 yang sedang tayang pada hari Minggu, 24 Februari 2013. Dalam salah satu percakapannya di acara itu, ia mengatakan bahwa “Sekarang selingkuh itu sedang musim”. Mendengar kata-kata Sule itu, saya sontak tertawa karena apa yang dia katakan itu memang benar adanya. Saya setuju 100% dengan apa yang dikatakan oleh Sule, karena hal itu saya alami sendiri saat ini di site. Ups!
Hidup di site apalagi di lokasi yang jauh dari peradaban dan hingar bingar kota membuat kehidupan di site berjalan agak membosankan. Bertemu dengan orang yang sama setiap harinya, berinteraksi hampir 24 jam sehari dan jauh dari keluarga membuat orang yang tidak kuat iman mudah jatuh dalam godaan yang tidak semestinya, termasuk di dalamnya selingkuh. Selingkuh-pun tidak hanya dilakukan oleh orang yang sudah memiliki status double alias menikah namun juga dilakukan oleh orang yang masih single namun statusnya not available alias sudah punya kekasih, pacar ataupun tunangan. Hidup jauh dari orang terdekat sementara kebutuhan untuk diperhatikan besar dan di site tercipta peluang untuk mendapatkan perhatian yang dibutuhkan, maka perselingkuhan-pun tak dapat dihindari.
Seorang teman, sudah menikah, memiliki beberapa anak, hubungan dengan istrinya sedang dingin bertemu dengan seorang teman lain jenis, single, cantik, dan sangat perhatian. Ketertarikan berawal dari seringnya koordinasi pekerjaan yang dilanjutkan dengan acara makan malam bersama karena menu di kantin yang tidak enak. Pertemuan demi pertemuan tercipta dimana rasa simpati mengalir karena dua insan lain jenis ini merasakan hal yang sama, yaitu jengkel dengan kondisi keluarga, rasa kesepian yang sangat karena bekerja di site dan kebutuhan biologis yang tak pernah tersalurkan dengan lancar. Hal-hal itupun akhirnya mendorong keduanya untuk sepakat menjalin hubungan gelap. Dunia di site mulai terang benderang, tak sesuram sebelumnya dan cuti-pun rela diundur agar memiliki kesempatan lebih lama dengan sang pujaan hati baru. Cerita ini belum berakhir dan tidak tahu apakah akan berakhir atau tidak karena teman saya akhir-akhir ini memutuskan untuk mengabaikan keluarganya dan lebih focus pada selingkuhannya.
Cerita yang lain adalah seorang teman yang masih single namun not available karena sudah punya pacar yang serius dan berencana menikah. Ia bertemu dengan seorang teman baru yang memiliki beberapa kesamaan, namun ternyata teman ini-pun sudah berstatus ‘in relationship’. Berawal dari seringnya menghadiri acara keagamaan bersama kemudian akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan lain seperti makan bersama, mengambil hari libur bersama, dan lembur bersama. Bibit-bibit perselingkuhan-pun tersemai dengan suburnya. Namun perselingkuhan ini tak berumur lama karena teman perempuan saya akhirnya sadar bahwa menjalin hubungan dengan teman laki-laki saya itu adalah suatu hal yang sia-sia saja karena pada akhirnya mereka-pun tidak dapat lebih dari sekedar teman selingkuh. Sayangnya, teman laki-laki saya adalah tipe yang tidak tahan jika kesepian. Lepas dari yang satu, ia-pun mencari mangsa yang lain untuk dijadikan selingkuhan padahal ia sedang mempersiapkan pernikahannya and … he got one!
Selingkuh di site bukannya tanpa resiko namun hidup terisolir membuat logika seringkali kalah dari perasaan. Yang unik dari perselingkuhan di site adalah perselingkuhan sebenarnya diketahui oleh hampir seluruh karyawan di site, namun seperti halnya istilah di Las Vegas, yaitu, “What happen in Vegas, let it still in Vegas”. Ungkapan ini mengandung makna bahwa apa yang terjadi di site, biarlah itu tetap menjadi rahasia di site. Akhirnya selingkuh-pun menjadi dosa kolektif karena selingkuh dianggap menjadi urusan masing-masing pribadi dan orang lain tidak berhak untuk melarang meskipun tahu bahwa seorang teman telah melakukan hubungan terlarang. Sikap tahu sama tahu-pun akhirnya diterapkan ketika mengetahui teman terlibat dalam perselingkuhan.
Tak jarang hubungan perselingkuhan lebih dari sekedar membagi perasaan dan perhatian, tapi juga melakukan hubungan seksual. Pintar melihat peluang, memanfaatkan waktu yang ada serta jaringan pertemanan dan sedikit kekuasaan membuat hubungan seksual di site-pun mungkin untuk dilakukan. Di site saya yang terdahulu, bahkan ada yang melegalkan perselingkuhannya dalam sebuah pernikahan siri.
Itulah sepenggal kisah kehidupan di site. Tapi hal ini hanya dilakukan oleh beberapa orang saja yang umumnya tidak kuat iman dan tidak tahan godaan, mungkin hanya 10% dari seluruh populasi karyawan yang bekerja di site (belum ada penelitian yang membuktikan presentase ini). Tips untuk para istri atau suami yang pasangan hidupnya saat ini tinggal di site adalah tetap berikan dukungan dan perhatian sekecil apapun untuk pasangan anda agar jangan sampai pasangan anda mencari perhatian dari orang lain yang lebih dekat secara geografis serta terjangkau setiap harinya dan akhirnya menciptakan perselingkuhan di lingkungan kerja.

Keep the faith is difficult but I’ll try my best to keep it...

Selasa, 05 Februari 2013

Cinta Tidak Harus 'I Love You'

Saya biasanya tidak menyukai Broadcast Message (BM), namun BM dari seorang teman kali ini sangat saya sukai. Begini isi BM-nya :
 
CINTA TIDAK HANYA DIKATAKAN, TETAPI DILAKUKAN (Kisah sepasang Kakek dan Nenek…)


Seorang kakek menyuapi istrinya yang sedang sakit. Memang sangat menyentuh dan menurut saya inilah saat paling romantic dalam hidup sepasang manusia. Apalah arti kata ‘I Love U’ bila hanya sebatas di mulut tanpa tindakan nyata, seperti saling menjaga, mengasihi dan janji setia untuk seumur hidup hanya dengan seorang pria/wanita sebagai ‘pasangan’.
Si kakek ini seumur hidupnya Ia tidak pernah mengucapkan ‘I Love You’ dalam bahasa verbal apapun. Ketika kakek itu melamar si nenek, hanya 3 kata yang diucapkan : “Percayalah kepada Saya”.
Ketika si nenek melahirkan anak perempuan pertama, si kakek mengatakan : “Maaf sudah menyusahkan kamu”.
Ketika anak perempuannya menikah, si istri merasa kehilangan dan si suami ini hanya merangkul dia, dengan mengatakan : “Masih ada saya”
Ketika si nenek sedang sakit parah, Ia mengatakan kepadanya : “Saya akan selalu ada di sampingmu”.
Ketika si nenek sakitnya makin parah dan akan meninggal, si Kakek hanya mengatakan kepada istrinya : “Kamu tunggu saya ya”.

Seumur hidup, Ia tidak pernah sekalipun mengucapkan : “Aku cinta padamu” tetapi “Cinta”nya tidak pernah meninggalkan dia, cintanya diwujudkan dalam hidup keseharian mereka seumur hidup. Tindakan dan perbuatannya selalu penuh dengan cinta. 
Sangat menyentuh meskipun saya tahu itu hanyalah sebuah kisah fiksi belaka. Namun cerita itu jadi mengingatkan saya akan hubungan saya dengan pacar saya yang sekarang, Kay. Awal pendekatan, Ia memang sering bilang cinta dan sayang, namun setelah beberapa lama kami berhubungan, ungkapan-ungkapan itu-pun jarang saya dengar. Tentu saja saya marah padanya karena sebagai wanita, saya membutuhkan perhatian yang lebih dari pasangan dan sedikit kata-kata cinta rasanya sah-sah saja. Dan jawabannya ketika saya menanyakan hal itu kepadanya sangatlah mirip dengan kisah di atas. Saya ingat sekali dia berkata dengan serius kepada saya, “Apalah arti kata cinta kalau itu hanya di mulut saja. Kebanyakan kata cinta itu namanya gombal, hanya merayu saja. Saya tidak mau nona terbuai dalam rayuan, seperti dengan mantan-mantan nona itu” Deg… jawabannya sangat telak, namun tetap masih tidak dapat saya terima karena saya adalah jenis wanita yang suka dirayu. Dan pacar saya tetap kukuh pada pendiriannya yang akhirnya membuat saya-pun terbiasa tidak mendengar kata-kata cinta darinya. Terasa tidak romantis dan hambar rasanya, namun setelah saya renungkan apa yang dia bilang ternyata benar adanya. 


Seringkali kita hanya terjebak pada ‘lip service’ saja. Manis di mulut, belum tentu tindakan juga manis, seperti yang sudah saya alami dengan mantan pacar saya sebelumnya. Dia termasuk royal dalam mengucapkan ‘cinta’, namun setiap di balik kata ‘cinta’ ada rayuan lainnya yang sesat dan puncaknya adalah dia melakukan KDRT terhadap saya. Sungguh menyakitkan dan rupanya pacar saya yang sekarang ingin memberikan pelajaran ini, yaitu untuk tidak mudah mempercayai kata-kata ‘cinta’ tanpa tindakan.


Pacar saya tidak sesempurna kakek dalam kisah di atas. Dia tidak se-romantis kakek itu dalam menjaga saya dan dia tidak selalu ada di samping saya ketika saya membutuhkannya. Namun dia punya tujuan yang penting dalam hubungan kami, yaitu dia tidak ingin saya bergantung padanya, tetap dapat berdiri di atas kaki saya sendiri meskipun saya memiliki dia. Dia meneguhkan rasa percaya diri saya dan mengajarkan saya untuk menerima realita kehidupan bahwa hidup tidak selalu sesuai rencana. Dia akan diam dan menghindari saya ketika kondisi hatinya sedang tidak enak atau sedang banyak pikiran. Mungkin ini bagi sebagian orang terlihat kejam atau egois, namun maksud dia bukanlah itu. Dia tidak ingin saya jadi pelampiasan kekesalannya tanpa sengaja dan tidak ingin bertengkar dengan saya sehingga dia memilih untuk diam dan menghindar ketika sedang dalam masalah atau tidak enak hati. Awalnya saya kesal karena saya merasa tidak dipercaya sebagai pasangan, namun rupanya itu adalah strateginya untuk memecahkan masalah dan saya-pun terbiasa untuk memberinya waktu sendiri.
Pernah kami bertengkar hebat karena masalah di keluarga besarnya dan dia memutuskan saya. Saya kesal bukan main dan merasa sakit hati, namun ketika saya menceritakan hal ini pada keluarga saya, barulah saya terbuka bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah sikap yang ‘gentle’. Dia berani mengakui bahwa keluarganya sedang dalam masalah (sebagian besar pasangan biasanya mentutup-tutupi hal ini dari pasangannya) dan dia merasa tidak adil jika menyeret saya dan melibatkan saya dalam masalah keluarganya karena saya belumlah resmi menjadi istrinya. Selain itu, dia juga ingin saya mendapatkan seseorang yang lebih baik dan siap untuk menikahi saya. Deg… ternyata saya salah menilainya dan dia melakukan itu karena dia sangat mencintai saya.

Masa pacaran kami bukanlah masa yang indah karena kesulitan demi kesulitan menghadang jalan kami. Dan memang harusnya saya mensyukuri hal ini. Tak banyak orang yang bisa survive menghadapi persoalan seperti yang dialami oleh pacar saya dengan kepala tetap dingin, namun pacar saya sejauh ini bisa melakukannya dan dia tidak pernah putus asa untuk keluar dari masalah. Hal ini membuat saya yakin bahwa ketika menikah nanti, kami akan bisa mengatasi masalah dengan baik tanpa salah satu kehilangan akal sehatnya karena kami sudah banyak berlatih di masa pacaran kami. Saya bersyukur diberikan banyak pengalaman pahit bersamanya karena dari pengalaman-pengalaman itulah akhirnya saya bisa menilai kualitas pasangan saya. And it makes me love him more….

Saya sering merasa minder jika jalan bersama dengan pacar saya karena pacar saya tidaklah keren dan tidak pernah mau diajak jalan-jalan untuk kegiatan sosialisasi. Dan, dia-pun bukanlah termasuk orang yang sukses secara materi. Namun akhir-akhir ini saya-pun jadi mentertawakan diri saya yang terlalu ‘naif’ dan dangkal dalam menilai pasangan saya. So what jika dia tidak tampan, tidak gaul dan tidak kaya? Karena ternyata dia memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan kekurangan yang saya sebutkan tadi dan sudah seharusnya saya bangga akan dia. Ada berapa banyak orang anak bungsu yang mau berkorban untuk keluarganya? Rela hidup susah agar keluarganya terpenuhi kebutuhannya? Saya rasa tidak banyak karena saya-pun bukan termasuk orang yang seperti itu, dan pacar saya adalah kategori orang yang mau susah untuk menyenangkan keluarganya, persis seperti ayah saya. Dan dia melakukannya bukan karena sebuah kewajiban sebagai anggota keluarga tapi karena dia adalah orang yang bertanggung jawab. Ada berapa banyak orang yang rela hidup tanpa sinyal telepon dan hidup di daerah pedalaman demi mewujudkan cita-citanya? Saya rasa tidak banyak karena jikalaupun ada, kebanyakan melakukannya karena masalah financial. Pacar saya punya mimpi menjadi kontraktor pembangkit listrik mikro hidro. Itu artinya dia memang harus masuk ke daerah-daerah pedalaman untuk membangun pembangkit-pembangkit listrik bagi penduduk di seluruh Indonesia yang belum terjamah oleh listrik. PLTMH adalah sebuah pembangkit yang mengandalkan tenaga air sungai untuk menghasilkan daya listrik. Biasanya daya listrik yang dihasilkan juga tidak besar karena sangat tergantung debit air sungai dan ini adalah pembangkit yang paling mungkin untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses. It’s cool, isn’t it? Konsekuensi dari itu adalah saya harus siap untuk hidup terpisah dari dia dan itu sebabnya dia tidak menginginkan saya terlalu tergantung pada dirinya karena toh sejak sebelum bertemu dengan dia, saya adalah wanita yang mandiri dan pasangan saya tidak ingin saya berubah, yaitu tetap menjadi diri saya sendiri.

Cinta tidak harus diucapkan dalam kata-kata, namun yang lebih penting adalah diwujudkan dalam tindakan. Ijinkan aku untuk jatuh cinta padamu lagi, Kay…