Saya biasanya tidak menyukai Broadcast Message (BM), namun
BM dari seorang teman kali ini sangat saya sukai. Begini isi BM-nya :
CINTA
TIDAK HANYA DIKATAKAN, TETAPI DILAKUKAN (Kisah
sepasang Kakek dan Nenek…)
Seorang
kakek menyuapi istrinya yang sedang sakit. Memang sangat menyentuh dan menurut
saya inilah saat paling romantic dalam hidup sepasang manusia. Apalah arti kata
‘I Love U’ bila hanya sebatas di mulut tanpa tindakan nyata, seperti saling
menjaga, mengasihi dan janji setia untuk seumur hidup hanya dengan seorang
pria/wanita sebagai ‘pasangan’.
Si
kakek ini seumur hidupnya Ia tidak pernah mengucapkan ‘I Love You’ dalam bahasa
verbal apapun. Ketika kakek itu melamar si nenek, hanya 3 kata yang diucapkan :
“Percayalah kepada Saya”.
Ketika
si nenek melahirkan anak perempuan pertama, si kakek mengatakan : “Maaf sudah
menyusahkan kamu”.
Ketika
anak perempuannya menikah, si istri merasa kehilangan dan si suami ini hanya
merangkul dia, dengan mengatakan : “Masih ada saya”
Ketika
si nenek sedang sakit parah, Ia mengatakan kepadanya : “Saya akan selalu ada di
sampingmu”.
Ketika
si nenek sakitnya makin parah dan akan meninggal, si Kakek hanya mengatakan
kepada istrinya : “Kamu tunggu saya ya”.
Seumur hidup, Ia tidak pernah sekalipun mengucapkan : “Aku cinta padamu” tetapi “Cinta”nya tidak pernah meninggalkan dia, cintanya diwujudkan dalam hidup keseharian mereka seumur hidup. Tindakan dan perbuatannya selalu penuh dengan cinta.
Sangat menyentuh meskipun saya tahu itu hanyalah sebuah kisah fiksi belaka. Namun cerita itu jadi mengingatkan saya akan hubungan saya dengan pacar saya yang sekarang, Kay. Awal pendekatan, Ia memang sering bilang cinta dan sayang, namun setelah beberapa lama kami berhubungan, ungkapan-ungkapan itu-pun jarang saya dengar. Tentu
saja saya marah padanya karena sebagai wanita, saya membutuhkan perhatian yang
lebih dari pasangan dan sedikit kata-kata cinta rasanya sah-sah saja. Dan
jawabannya ketika saya menanyakan hal itu kepadanya sangatlah mirip dengan
kisah di atas. Saya ingat sekali dia berkata dengan serius kepada saya, “Apalah
arti kata cinta kalau itu hanya di mulut saja. Kebanyakan kata cinta itu
namanya gombal, hanya merayu saja. Saya tidak mau nona terbuai dalam rayuan,
seperti dengan mantan-mantan nona itu” Deg… jawabannya sangat telak, namun
tetap masih tidak dapat saya terima karena saya adalah jenis wanita yang suka
dirayu. Dan pacar saya tetap kukuh pada pendiriannya yang akhirnya membuat
saya-pun terbiasa tidak mendengar kata-kata cinta darinya. Terasa tidak
romantis dan hambar rasanya, namun setelah saya renungkan apa yang dia bilang
ternyata benar adanya.
Seringkali
kita hanya terjebak pada ‘lip service’ saja. Manis di mulut, belum tentu
tindakan juga manis, seperti yang sudah saya alami dengan mantan pacar saya
sebelumnya. Dia termasuk royal dalam mengucapkan ‘cinta’, namun setiap di balik
kata ‘cinta’ ada rayuan lainnya yang sesat dan puncaknya adalah dia melakukan
KDRT terhadap saya. Sungguh menyakitkan dan rupanya pacar saya yang sekarang
ingin memberikan pelajaran ini, yaitu untuk tidak mudah mempercayai kata-kata
‘cinta’ tanpa tindakan.
Pacar
saya tidak sesempurna kakek dalam kisah di atas. Dia tidak se-romantis kakek
itu dalam menjaga saya dan dia tidak selalu ada di samping saya ketika saya membutuhkannya.
Namun dia punya tujuan yang penting dalam hubungan kami, yaitu dia tidak ingin
saya bergantung padanya, tetap dapat berdiri di atas kaki saya sendiri meskipun
saya memiliki dia. Dia meneguhkan rasa percaya diri saya dan mengajarkan saya
untuk menerima realita kehidupan bahwa hidup tidak selalu sesuai rencana. Dia
akan diam dan menghindari saya ketika kondisi hatinya sedang tidak enak atau
sedang banyak pikiran. Mungkin ini bagi sebagian orang terlihat kejam atau
egois, namun maksud dia bukanlah itu. Dia tidak ingin saya jadi pelampiasan
kekesalannya tanpa sengaja dan tidak ingin bertengkar dengan saya sehingga dia
memilih untuk diam dan menghindar ketika sedang dalam masalah atau tidak enak
hati. Awalnya saya kesal karena saya merasa tidak dipercaya sebagai pasangan,
namun rupanya itu adalah strateginya untuk memecahkan masalah dan saya-pun
terbiasa untuk memberinya waktu sendiri.
Pernah
kami bertengkar hebat karena masalah di keluarga besarnya dan dia memutuskan
saya. Saya kesal bukan main dan merasa sakit hati, namun ketika saya
menceritakan hal ini pada keluarga saya, barulah saya terbuka bahwa apa yang
dilakukannya adalah sebuah sikap yang ‘gentle’. Dia berani mengakui bahwa
keluarganya sedang dalam masalah (sebagian besar pasangan biasanya mentutup-tutupi
hal ini dari pasangannya) dan dia merasa tidak adil jika menyeret saya dan
melibatkan saya dalam masalah keluarganya karena saya belumlah resmi menjadi
istrinya. Selain itu, dia juga ingin saya mendapatkan seseorang yang lebih baik
dan siap untuk menikahi saya. Deg… ternyata saya salah menilainya dan dia
melakukan itu karena dia sangat mencintai saya.
Masa
pacaran kami bukanlah masa yang indah karena kesulitan demi kesulitan
menghadang jalan kami. Dan memang harusnya saya mensyukuri hal ini. Tak banyak
orang yang bisa survive menghadapi persoalan seperti yang dialami oleh pacar
saya dengan kepala tetap dingin, namun pacar saya sejauh ini bisa melakukannya
dan dia tidak pernah putus asa untuk keluar dari masalah. Hal ini membuat saya
yakin bahwa ketika menikah nanti, kami akan bisa mengatasi masalah dengan baik
tanpa salah satu kehilangan akal sehatnya karena kami sudah banyak berlatih di
masa pacaran kami. Saya bersyukur diberikan banyak pengalaman pahit bersamanya
karena dari pengalaman-pengalaman itulah akhirnya saya bisa menilai kualitas
pasangan saya. And it makes me love him more….
Saya
sering merasa minder jika jalan bersama dengan pacar saya karena pacar saya
tidaklah keren dan tidak pernah mau diajak jalan-jalan untuk kegiatan sosialisasi.
Dan, dia-pun bukanlah termasuk orang yang sukses secara materi. Namun
akhir-akhir ini saya-pun jadi mentertawakan diri saya yang terlalu ‘naif’ dan
dangkal dalam menilai pasangan saya. So what jika dia tidak tampan, tidak gaul
dan tidak kaya? Karena ternyata dia memiliki lebih banyak kelebihan
dibandingkan kekurangan yang saya sebutkan tadi dan sudah seharusnya saya
bangga akan dia. Ada berapa banyak orang anak bungsu yang mau berkorban untuk
keluarganya? Rela hidup susah agar keluarganya terpenuhi kebutuhannya? Saya
rasa tidak banyak karena saya-pun bukan termasuk orang yang seperti itu, dan
pacar saya adalah kategori orang yang mau susah untuk menyenangkan keluarganya,
persis seperti ayah saya. Dan dia melakukannya bukan karena sebuah kewajiban
sebagai anggota keluarga tapi karena dia adalah orang yang bertanggung jawab.
Ada berapa banyak orang yang rela hidup tanpa sinyal telepon dan hidup di
daerah pedalaman demi mewujudkan cita-citanya? Saya rasa tidak banyak karena
jikalaupun ada, kebanyakan melakukannya karena masalah financial. Pacar saya
punya mimpi menjadi kontraktor pembangkit listrik mikro hidro. Itu artinya dia
memang harus masuk ke daerah-daerah pedalaman untuk membangun
pembangkit-pembangkit listrik bagi penduduk di seluruh Indonesia yang belum
terjamah oleh listrik. PLTMH adalah sebuah pembangkit yang mengandalkan tenaga
air sungai untuk menghasilkan daya listrik. Biasanya daya listrik yang
dihasilkan juga tidak besar karena sangat tergantung debit air sungai dan ini
adalah pembangkit yang paling mungkin untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit
diakses. It’s cool, isn’t it? Konsekuensi dari itu adalah saya harus siap untuk
hidup terpisah dari dia dan itu sebabnya dia tidak menginginkan saya terlalu
tergantung pada dirinya karena toh sejak sebelum bertemu dengan dia, saya
adalah wanita yang mandiri dan pasangan saya tidak ingin saya berubah, yaitu
tetap menjadi diri saya sendiri.
Cinta
tidak harus diucapkan dalam kata-kata, namun yang lebih penting adalah
diwujudkan dalam tindakan. Ijinkan aku untuk jatuh cinta padamu lagi, Kay…
yg seperti ini nih yg di buruh kan kaum hawa...
BalasHapusjaman skrg gk prlu bnyak mulut, dn janji krna bukti dn tindakan itu jauh lebih menjamin ;)