Selasa, 05 Februari 2013

Cinta Tidak Harus 'I Love You'

Saya biasanya tidak menyukai Broadcast Message (BM), namun BM dari seorang teman kali ini sangat saya sukai. Begini isi BM-nya :
 
CINTA TIDAK HANYA DIKATAKAN, TETAPI DILAKUKAN (Kisah sepasang Kakek dan Nenek…)


Seorang kakek menyuapi istrinya yang sedang sakit. Memang sangat menyentuh dan menurut saya inilah saat paling romantic dalam hidup sepasang manusia. Apalah arti kata ‘I Love U’ bila hanya sebatas di mulut tanpa tindakan nyata, seperti saling menjaga, mengasihi dan janji setia untuk seumur hidup hanya dengan seorang pria/wanita sebagai ‘pasangan’.
Si kakek ini seumur hidupnya Ia tidak pernah mengucapkan ‘I Love You’ dalam bahasa verbal apapun. Ketika kakek itu melamar si nenek, hanya 3 kata yang diucapkan : “Percayalah kepada Saya”.
Ketika si nenek melahirkan anak perempuan pertama, si kakek mengatakan : “Maaf sudah menyusahkan kamu”.
Ketika anak perempuannya menikah, si istri merasa kehilangan dan si suami ini hanya merangkul dia, dengan mengatakan : “Masih ada saya”
Ketika si nenek sedang sakit parah, Ia mengatakan kepadanya : “Saya akan selalu ada di sampingmu”.
Ketika si nenek sakitnya makin parah dan akan meninggal, si Kakek hanya mengatakan kepada istrinya : “Kamu tunggu saya ya”.

Seumur hidup, Ia tidak pernah sekalipun mengucapkan : “Aku cinta padamu” tetapi “Cinta”nya tidak pernah meninggalkan dia, cintanya diwujudkan dalam hidup keseharian mereka seumur hidup. Tindakan dan perbuatannya selalu penuh dengan cinta. 
Sangat menyentuh meskipun saya tahu itu hanyalah sebuah kisah fiksi belaka. Namun cerita itu jadi mengingatkan saya akan hubungan saya dengan pacar saya yang sekarang, Kay. Awal pendekatan, Ia memang sering bilang cinta dan sayang, namun setelah beberapa lama kami berhubungan, ungkapan-ungkapan itu-pun jarang saya dengar. Tentu saja saya marah padanya karena sebagai wanita, saya membutuhkan perhatian yang lebih dari pasangan dan sedikit kata-kata cinta rasanya sah-sah saja. Dan jawabannya ketika saya menanyakan hal itu kepadanya sangatlah mirip dengan kisah di atas. Saya ingat sekali dia berkata dengan serius kepada saya, “Apalah arti kata cinta kalau itu hanya di mulut saja. Kebanyakan kata cinta itu namanya gombal, hanya merayu saja. Saya tidak mau nona terbuai dalam rayuan, seperti dengan mantan-mantan nona itu” Deg… jawabannya sangat telak, namun tetap masih tidak dapat saya terima karena saya adalah jenis wanita yang suka dirayu. Dan pacar saya tetap kukuh pada pendiriannya yang akhirnya membuat saya-pun terbiasa tidak mendengar kata-kata cinta darinya. Terasa tidak romantis dan hambar rasanya, namun setelah saya renungkan apa yang dia bilang ternyata benar adanya. 


Seringkali kita hanya terjebak pada ‘lip service’ saja. Manis di mulut, belum tentu tindakan juga manis, seperti yang sudah saya alami dengan mantan pacar saya sebelumnya. Dia termasuk royal dalam mengucapkan ‘cinta’, namun setiap di balik kata ‘cinta’ ada rayuan lainnya yang sesat dan puncaknya adalah dia melakukan KDRT terhadap saya. Sungguh menyakitkan dan rupanya pacar saya yang sekarang ingin memberikan pelajaran ini, yaitu untuk tidak mudah mempercayai kata-kata ‘cinta’ tanpa tindakan.


Pacar saya tidak sesempurna kakek dalam kisah di atas. Dia tidak se-romantis kakek itu dalam menjaga saya dan dia tidak selalu ada di samping saya ketika saya membutuhkannya. Namun dia punya tujuan yang penting dalam hubungan kami, yaitu dia tidak ingin saya bergantung padanya, tetap dapat berdiri di atas kaki saya sendiri meskipun saya memiliki dia. Dia meneguhkan rasa percaya diri saya dan mengajarkan saya untuk menerima realita kehidupan bahwa hidup tidak selalu sesuai rencana. Dia akan diam dan menghindari saya ketika kondisi hatinya sedang tidak enak atau sedang banyak pikiran. Mungkin ini bagi sebagian orang terlihat kejam atau egois, namun maksud dia bukanlah itu. Dia tidak ingin saya jadi pelampiasan kekesalannya tanpa sengaja dan tidak ingin bertengkar dengan saya sehingga dia memilih untuk diam dan menghindar ketika sedang dalam masalah atau tidak enak hati. Awalnya saya kesal karena saya merasa tidak dipercaya sebagai pasangan, namun rupanya itu adalah strateginya untuk memecahkan masalah dan saya-pun terbiasa untuk memberinya waktu sendiri.
Pernah kami bertengkar hebat karena masalah di keluarga besarnya dan dia memutuskan saya. Saya kesal bukan main dan merasa sakit hati, namun ketika saya menceritakan hal ini pada keluarga saya, barulah saya terbuka bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah sikap yang ‘gentle’. Dia berani mengakui bahwa keluarganya sedang dalam masalah (sebagian besar pasangan biasanya mentutup-tutupi hal ini dari pasangannya) dan dia merasa tidak adil jika menyeret saya dan melibatkan saya dalam masalah keluarganya karena saya belumlah resmi menjadi istrinya. Selain itu, dia juga ingin saya mendapatkan seseorang yang lebih baik dan siap untuk menikahi saya. Deg… ternyata saya salah menilainya dan dia melakukan itu karena dia sangat mencintai saya.

Masa pacaran kami bukanlah masa yang indah karena kesulitan demi kesulitan menghadang jalan kami. Dan memang harusnya saya mensyukuri hal ini. Tak banyak orang yang bisa survive menghadapi persoalan seperti yang dialami oleh pacar saya dengan kepala tetap dingin, namun pacar saya sejauh ini bisa melakukannya dan dia tidak pernah putus asa untuk keluar dari masalah. Hal ini membuat saya yakin bahwa ketika menikah nanti, kami akan bisa mengatasi masalah dengan baik tanpa salah satu kehilangan akal sehatnya karena kami sudah banyak berlatih di masa pacaran kami. Saya bersyukur diberikan banyak pengalaman pahit bersamanya karena dari pengalaman-pengalaman itulah akhirnya saya bisa menilai kualitas pasangan saya. And it makes me love him more….

Saya sering merasa minder jika jalan bersama dengan pacar saya karena pacar saya tidaklah keren dan tidak pernah mau diajak jalan-jalan untuk kegiatan sosialisasi. Dan, dia-pun bukanlah termasuk orang yang sukses secara materi. Namun akhir-akhir ini saya-pun jadi mentertawakan diri saya yang terlalu ‘naif’ dan dangkal dalam menilai pasangan saya. So what jika dia tidak tampan, tidak gaul dan tidak kaya? Karena ternyata dia memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan kekurangan yang saya sebutkan tadi dan sudah seharusnya saya bangga akan dia. Ada berapa banyak orang anak bungsu yang mau berkorban untuk keluarganya? Rela hidup susah agar keluarganya terpenuhi kebutuhannya? Saya rasa tidak banyak karena saya-pun bukan termasuk orang yang seperti itu, dan pacar saya adalah kategori orang yang mau susah untuk menyenangkan keluarganya, persis seperti ayah saya. Dan dia melakukannya bukan karena sebuah kewajiban sebagai anggota keluarga tapi karena dia adalah orang yang bertanggung jawab. Ada berapa banyak orang yang rela hidup tanpa sinyal telepon dan hidup di daerah pedalaman demi mewujudkan cita-citanya? Saya rasa tidak banyak karena jikalaupun ada, kebanyakan melakukannya karena masalah financial. Pacar saya punya mimpi menjadi kontraktor pembangkit listrik mikro hidro. Itu artinya dia memang harus masuk ke daerah-daerah pedalaman untuk membangun pembangkit-pembangkit listrik bagi penduduk di seluruh Indonesia yang belum terjamah oleh listrik. PLTMH adalah sebuah pembangkit yang mengandalkan tenaga air sungai untuk menghasilkan daya listrik. Biasanya daya listrik yang dihasilkan juga tidak besar karena sangat tergantung debit air sungai dan ini adalah pembangkit yang paling mungkin untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses. It’s cool, isn’t it? Konsekuensi dari itu adalah saya harus siap untuk hidup terpisah dari dia dan itu sebabnya dia tidak menginginkan saya terlalu tergantung pada dirinya karena toh sejak sebelum bertemu dengan dia, saya adalah wanita yang mandiri dan pasangan saya tidak ingin saya berubah, yaitu tetap menjadi diri saya sendiri.

Cinta tidak harus diucapkan dalam kata-kata, namun yang lebih penting adalah diwujudkan dalam tindakan. Ijinkan aku untuk jatuh cinta padamu lagi, Kay…

 

1 komentar:

  1. yg seperti ini nih yg di buruh kan kaum hawa...
    jaman skrg gk prlu bnyak mulut, dn janji krna bukti dn tindakan itu jauh lebih menjamin ;)

    BalasHapus