Kamis, 14 Mei 2009

Mengenang PALAPSI

Pagi tadi saya membaca sebuah note yang sangat bagus dari seorang teman di FB. Tulisan tersebut berkisah tentang Epilog 34 tahun PALAPSI. Membaca tulisan tersebut membuat saya terkenang pengalaman saya sendiri beberapa tahun yang lalu ketika masih aktif di PALAPSI. Apa sih PALAPSI itu sehingga membuat teman saya bisa membuat tulisan yang sangat dalam dan menyentuh berbagai aspek kehidupan itu ?

PALAPSI adalah sebuah organisasi mahasiswa Psikologi UGM yang mengkhususkan dirinya pada kegiatan kepecintaalaman. Didirikan pada tanggal 28 Juni 1975, PALAPSI (PLP) telah mengukir banyak prestasi dan menjadi organisasi pecinta alam yang diperhitungkan dan disegani karena prestasinya tersebut. PLP memiliki 5 divisi operasional, yaitu air, gunung, tebing, gua dan pengabdian masyarakat, dimana Air menjadi fokus selama beberapa generasi hingga saat ini. Mengapa air ? Karena PLP memiliki ambisi yang cukup besar di bidang ini dan PLP telah membuktikan kepiawaiannya di Air melalui beberapa prestasi membanggakan, seperti first descent Progo hingga menaklukkan jeram-jeram sungai di Thailand baru-baru ini. Menurut saya, PLP adalah organisasi yang kaya akan pembelajaran dimana setiap tahunnya berhasil mencetak kader-kader penerus dengan mimpi yang semakin tinggi. Dan, saya yang pernah bergelut di dalamnya selama kurang lebih 3 tahun merasa bangga telah menjadi bagian dari PLP.

Saya mengawali 'hidup' di PLP pada tahun 1999. Awal mula ketertarikan adalah ajakan dari seorang kakak kelas yang saat itu mempesona saya karena ia memiliki cinta yang besar pada PLP. *m think, i love u at that time* Kegiatan pertama yang dia tawarkan adalah dayung kering, sebuah latihan dasar yang harus dijalani ketika akan berkegiatan di air. Wah...capeknya bukan main, otot-otot-pun langsung tegang, terutama otot tangan. Tapi, cara kakak kelas itu dan senior-senior lain dalam memotivasi membuat rasa capek itu dengan segera terlupakan. Yel-yel NEVER GIVE UP yang selalu didengungkan setiap kali akan berkegiatan mampu menghipnotis saya untuk memacu diri hingga ambang batas kemampuan. Saya-pun jatuh cinta pada PLP! Kegiatan demi kegiatan saya jalani dengan senang hati, terutama kegiatan camping. *ooh...aku rindu camping, bau rumput basah dan dinginnya udara malam*
Tapi, kesenangan itu tak berlangsung lama-hanya 6 bulan saja bulan madu saya dengan PLP. Ibarat pernikahan, setelah masa bulan madu habis, maka mata kita akan terbuka tentang siapa sesungguhnya pasangan kita. Begitu pula hubungan saya dengan PLP, masa bulan madu saya berakhir ketika saya menjadi salah satu pengurus. Derai air mata lebih banyak menghiasi hari-hari saya dibanding dengan tawa, apalagi saat itu kami benar-benar dipush untuk mendapatkan dana segar guna membiayai ekspedisi luar negeri pertama PLP ke Serawak, Malaysia. Saya-pun jatuh bangun mengikuti gerakan PLP. Menangis, bertengkar, merasa diacuhkan adalah makanan sehari-hari. Tapi, tanpa saya sadari pengalaman itu membuat saya memunculkan diri saya yang sebenarnya, potensi saya benar-benar tergali dan akhirnya membentuk saya menjadi pribadi yang 'utuh'. Saya yang dulunya selalu minder berubah menjadi percaya diri, tertutup menjadi terbuka, komunikasi tidak lancar menjadi pandai berbicara, dan saat itu pula saya menyadari bahwa saya adalah orang yang keras hati. *saya baru ngeh kalau saya keras kepala dari feed back teman-teman PLP*

PLP benar-benar merasuki diri saya. Setelah lulus dari masa kepengurusan 2000-2001, saya ditunjuk untuk jadi pengurus kembali, tapi dengan posisi yang berbeda dan masa kepengurusan yang lebih panjang, yaitu menjadi Kadiv Litbang dan masa kepengurusan 1,5 tahun. Masa ini saya jalani dengan lebih matang dan saya-pun membidani beberapa event besar. Sebuah pengalaman yang sungguh tak kan terlupakan karena pada masa itulah saya mengenal outbound training dan saya berhasil mendapatkan pekerjaan di kemudian hari karena pengetahuan saya akan bidang tersebut. Jatuh bangun masih saya alami, tapi rasanya energi tak pernah habis untuk PLP. Pagi kuliah, sore hingga dini hari untuk PLP. Saya-pun kerap dimarahi orang tua karena pulang terlalu larut dan melakukan kegiatan-kegiatan beresiko tinggi serta menguras uang tabungan saya. Tapi, semua itu terbayar dengan pengalaman-pengalaman yang masih berguna intisarinya bagi saya hingga saat ini. Menyenangkan sekali rasanya mengenang saat-saat itu. Tapi, hidup di PLP tak kan memberikan arti sedalam ini bagi saya jika tanpa teman-teman berkegiatan. Teman-teman PLP sekarang ini tak ubahnya bagai saudara karena dengan merekalah saya menghabiskan waktu nyaris 24 jam tiap harinya selama kuliah. Merekalah yang menempa saya menjadi sosok seperti saat ini. *i love u all, guys!*

Terima kasih PALAPSI karena telah membentuk saya menjadi pribadi yang tahan banting dan pantang menyerah!
Selamat ulang tahun yang ke - 34...semoga semakin jaya...!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar