Kamis, 26 Maret 2009

Putaran Roda Nasib



Hari ini saya menerima email undangan pernikahan dari seorang teman kuliah. Duh...ada lagi yang menikah ! Sekarang, setiap kali menerima undangan pernikahan dari seorang teman, hati saya langsung miris. Kapan ya giliran saya menikah ? Sebenarnya, saya tidak terlalu ingin juga untuk menikah karena sejauh ini bayangan saya akan sebuah pernikahan belum berubah, masih seram. Saya tidak sanggup membuat komitmen sehidup semati dengan satu orang yang nantinya akan diberi label 'suami'. Mungkin ini berkaitan dengan karakter saya yang pembosan.

Bicara tentang pernikahan dan membangun keluarga, sepertinya saya memang terlambat menjalani fase perkembangan yang satu ini mengingat usia saya yang sebentar lagi akan bertambah menjadi 28. Melihat profil teman-teman di Facebook atau cerita teman-teman di blog tentang keluarga bahagianya, seperti blog ini , tak urung terbersit rasa iri dengan kehidupan mereka. Kehidupan yang sempurna : memiliki pasangan yang bersedia menghabiskan sisa hidupnya untuk membangun keluarga bersama, memiliki anak yang lucu, karir yang cerah dan kehidupan ekonomi yang mapan. Hmmm...siapa yang tidak menginginkannya ? Benar-benar sebuah kehidupan yang mengikuti jalurnya. Coba bandingkan dengan apa yang saya alami !

Saya belum memiliki pasangan tetap di usia 28, usia yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan di beberapa tempat, saya pasti dianggap 'perawan tua'. Pasangan saja belum punya, apalagi anak. Hmmm...ada beberapa teman di usia yang sama, sudah punya 2 anak yang duduk di bangku SD dan TK. Bahkan, teman kantor yang usianya sama dengan adik saya saja sudah akan melahirkan sebentar lagi. Duh...!
Sekarang bicara tentang karir : pekerjaan saya sekarang ini cukup mapan. Saya bekerja di sebuah perusahaan swasta yang tergabung dalam sebuah group yang beken di negara ini dengan posisi supervisor dan gaji yang cukup tinggi untuk level saya. Tapi, saya harus pergi jauh dari orang tua dan kampung halaman sebagai kompensasi dari gaji tinggi itu. Dan, belakangan saya tahu bahwa beberapa teman saya dengan profesi yang sama sekarang juga memiliki gaji yang sama tanpa harus pergi jauh dan tanpa resiko yang tinggi seperti yang saya alami sekarang. Duh...hidup rasanya tidak adil ! Mengapa hidup terasa enteng dan mudah bagi beberapa orang dan terasa sulit dan berliku liku bagi yang lain, termasuk saya ?

Tapi, katanya kita harus selalu bersyukur atas apa yang terjadi pada hidup kita meskipun hidup kita tak seindah hidup orang lain. Dan, itulah yang hendak saya lakukan nantinya jika melihat undangan pernikahan. Saya bersyukur atas anugerah kesendirian karena dengan status single...saya memiliki waktu saya sendiri, saya bebas melakukan apapun yang saya inginkan tanpa harus terbebani oleh pikiran tentang suami dan anak-anak, dan saya bebas pula menggunakan seluruh hasil kerja keras saya tanpa harus berpikir bagaimana caranya menyisihkan sebagian pendapatan saya untuk pendidikan anak.

Adakah yang menginginkan hidup saya ?
Hehehe...saya yakin pasti ada...!

Gambar diambil dari www.galih.net. Nice picture!

2 komentar:

  1. kata Oppie Andaresta "single happy", deb...so pasti ada yang menginginkan hidup itu..

    BalasHapus
  2. i am single and very happy...cb d be denger lagunya oppi..elu bgt d kyknya..wakakakaaakk..kita maksudnyahh..

    BalasHapus