Sabtu, 03 Oktober 2009

GOJEK KERE

Pernah mendengar istilah 'gojek kere'? Saya yakin sebagian dari anda belum pernah mendengar istilah ini, terutama yang berasal dari luar jawa. Gojek kere adalah sebuah istilah dalam bahasa jawa. Gojek bisa diartikan sebagai guyonan *halah... boso jowo meneh!* atau gurauan. Sementara kere bisa diartikan sebagai melarat *iki boso jowo opo endonesa yo?* atau miskin papa. Jadi kalau digabung maka arti dari gojek kere adalah guyonane wong melarat atau gurauannya orang miskin. Mengapa bisa disebut gojek kere? Kalau ini, jujur saya tidak tahu asal muasalnya. Yang saya tahu gojek kere biasanya dilakukan untuk mentertawakan nasib sendiri atau orang lain dan nasib yang ditertawakan adalah nasib yang tragis atau menyedihkan. Mengapa sesuatu yang menyedihkan bisa ditertawakan ? Yah...daripada ditangisi yang tak memberikan faedah apapun, maka lebih baik ditertawakan-bisa memberikan efek kesehatan karena tertawa itu sehat *filosofi ngasal ala deBoeng* Gojek kere-pun biasanya berkembang menjadi saling ejek, seperti mentertawakan fisik yang kurang rupawan, kisah hidup yang kurang mulus ataupun kisah-kisah asmara yang sad ending. Tapi, syarat utama dari gojek kere adalah tidak bermaksud untuk membuat orang lain tersinggung atau menyakiti hati orang lain. Maka, para pelaku utama dari gojek kere biasanya memang memiliki jiwa yang besar dan pantang untuk tersinggung serta memiliki tingkat intelektualitas dan pemahaman akan makna hidup yang dalam. Mengapa begitu ? Karena orang-orang yang cerdas dan berwawasan luas sajalah yang bisa mentertawakan dirinya sendiri, dan menyadari bahwa dirinya adalah hanya secuil titik di tengah dunia *halah...sok berfilsafat lagi!* Baik...cukup sudah membicarakan asal muasal gojek kere karena nanti kalau dilanjutkan saya kuatir saya bakalan menciptakan ilmu baru tentang dunia pergojekan.

Bicara tentang gojek kere, saya selalu rindu dengan teman-teman kuliah yang aktif di PALAPSI. Gojek kere adalah kebiasaan yang tidak dapat dilepaskan ketika nongkrong bersama mereka. Saya heran bagaimana sesuatu hal bisa menjadi bahan gojekan yang meluas dan mampu membuat kami tertawa terpingkal-pingkal melupakan segala masalah. Dan, gojek kere mencapai klimaksnya jika seseorang yang dijadikan bahan gojekan tampak menyerah pada keinginan publik. Sasaran gojek kere bisa siapa saja tergantung dari hot issue saat itu dan kasus yang menerpa sang objek penderita. Di komunitas PALAPSI *alumni* saat ini, yang paling sering dijadikan objek penderita adalah adik kelas saya. Tampangnya yang jauh dari lumayan, penampilannya yang kurang menjual, dan nasib perjalanan cintanya yang selalu kandas membuatnya jadi sasaran empuk. Memang kadang-kadang ia tersinggung, tapi itu tak lebih dari hitungan jam, ia akan kembali ceria. Dan gojek kere sebenarnya akan lebih seru jika sang objek memberikan perlawanan berupa pembelaan diri.

Gojek kere jika dilihat memang tidak memberikan manfaat, tapi jika dirasakan maka gojek kere sebenarnya memiliki banyak manfaat, terutama adalah membentuk kekuatan mental dan kepasrahan diri. Saya belajar untuk tidak terlalu stress dalam menghadapi segala persoalan (lebih legawa dan pasrah) dan juga tahan banting menghadapi segala ocehan dan cemoohan. Mengapa harus stress jika semua hal di dunia ini sebenarnya hanyalah sebuah panggung drama yang penuh dengan hal-hal yang lucu ? Mari kita tertawa bersama !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar