Senin, 16 Mei 2011

Flores...the dream come true! - bagian 1

Setelah bermimpi sekian lama tentang tanah Flores, akhirnya saya berhasil mewujudkan mimpi saya. Tanggal 19-28 April lalu saya berkesempatan pergi ke Flores meski tak mengeksplore keseluruhan pulau Flores yang membentang cukup luas, tapi hanya di daerah Maumere saja. Namun perjalanan itu adalah perjalanan yang tak akan pernah saya lupakan karena saya tak sekedar travelling kesana, tapi juga punya agenda lain, yaitu mengunjungi calon keluarga baru saya. Hehehehe...yup...saya dapat jackpot karena tak hanya berhasil berkunjung ke Flores, tapi juga mendapatkan pasangan hidup dari Flores. Jadi, perjalanan kemarin tak menitikberatkan pada eksplore keindahan alam Flores, melainkan fokus pada memahami budaya yang kelak akan menjadi budaya saya juga jika menikah dengan pasangan saya. 


Berangkat ke Flores menggunakan maskapai Batavia Air dengan rute Jakarta-Kupang dan Kupang-Maumere dengan harga tiket Rp. 1.400.000. Tak ada yang istimewa dengan penerbangannya, kecuali harus bangun pagi-pagi sekali dan berangkat dari rumah pk. 03.00 karena penerbangan dijadwalkan pk. 06.00. Fiuh! Saya berangkat dengan pasangan dan 2 saudara perempuannya. Barang bawaan saya hanya 1 tas, begitu juga dengan pasangan saya. Tapi, barang bawaan saudara perempuan pasangan saya luar biasa banyak hingga over baggage padahal sudah menggunakan jatah bagasi milik saya dan pasangan. Hal yang jamak terjadi untuk penerbangan ke Indonesia Timur karena banyak oleh-oleh untuk kerabat dan membawa barang-barang yang hanya dapat dijumpai di daerah Indonesia Barat. Jakarta-Kupang ditempuh dalam jangka waktu kurang lebih 2,5 jam dan lancar. Namun tidak demikian dengan rute Kupang-Maumere. Meskipun jarak tempuhnya hanya 30 menit, namun penerbangan singkat itu membuat jantung berdegup kencang dan tak henti-hentinya memanjatkan doa mohon keselamatan karena sepanjang perjalanan, pesawat berguncang-guncang yang disebabkan oleh awan mendung tebal. Bahkan seorang penumpang ada yang sampai menangis karena ketakutan dan pramugari membatalkan pembagian snack karena kondisi tidak memungkinkan. *sementara saya...berpegangan erat pada tangan pasangan saya yang 'berpura-pura' tenang. wkwkwkwk*


Jam 14.00, kami tiba di Maumere. Udara panas langsung menyambut kami begitu menginjakkan kaki di bandara Frans Seda meskipun hujan baru saja berhenti. Menurut saya, bandara Frans Seda cukup luas dan bersih untuk ukuran bandara kabupaten, jika dibandingkan dengan bandara-bandara kabupaten lain, seperti Manokwari dan Biak. Kami dijemput oleh kakak perempuan pasangan lengkap dengan mujair-mujairnya *kami menyebut keponakan pasangan yang masih kecil-kecil dan ramainya minta ampun dengan mujair* Tujuan pertama adalah mengantarkan saudara sepupu pasangan yang tadi satu pesawat dengan kami ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, sambutan keluarga benar-benar di luar perkiraan saya. Ramah, ramai dan hangat seperti saya ini sudah lama dikenal oleh mereka. Yang buat saya terheran-heran adalah tak ada satupun yang bersuara pelan disana, semuanya memiliki suara keras...hehehehe...kalau di rumah saya, ada yang bersuara sekeras itu, pasti sudah dimarahi oleh ibu saya karena dianggap membentak. Telinga saya-pun harus terbiasa dengan suara-suara 8 oktaf itu:p 


Selesai mengantar saudara sepupu pasangan, kami pergi bakar lilin ke makam nenek dari pihak bapa. *bakar lilin=ziarah kubur* Alih-alih bunga tabur seperti lazimnya di Jawa, kami menggunakan lilin yang ditaruh di sekeliling makam atau di kepala nisan. Saya sempat shock ketika mengetahui tradisi di sana tentang makam, yaitu keluarga dimakamkan di halaman rumah. Jadi hampir setiap halaman rumah, pasti ada makam leluhur tapi tentu saja itu jika rumahnya di kampung. Bahkan menurut pasangan saya, ada yang menaruh makam anaknya di kamar tidur untuk menunjukkan kecintaan mereka terhadap sang anak. Takut? Pasti! Tapi itu hanya awal-awal saja karena lama-lama makam jadi pemandangan biasa dan mereka mendekorasi makam sedemikian rupa sehingga kesan angker-pun nyaris tidak ada. Aaarrrghhh...tapi saya tak berani membayangkan jika makam itu masih baru, pasti saya tidak akan berani tidur sendirian. Untungnya besok kalau saya harus kembali kesana, saya tak perlu lagi tidur sendirian:p


Bicara tentang leluhur, keterikatan orang Flores terhadap leluhur sangatlah kuat. Buktinya adalah makam leluhur yang terletak di halaman rumah. Kecintaan terhadap keluarga, penghormatan terhadap leluhur adalah hal yang mutlak disana. Malam pertama saya di rumah pasangan, saya dibuat ketakutan setengah mati karena tiba-tiba kakak perempuan yang tadi menjemput kami di bandara kerasukan arwah paman/om yang telah beberapa tahun berselang meninggal dunia. Seumur hidup saya, baru kali ini saya melihat orang kesurupan dengan cara yang seperti dialami oleh kakak perempuan. Dulu waktu kuliah, ada seorang adik kelas yang kesurupan dan sangat menakutkan karena dia disusupi oleh arwah jahat penunggu gedung kampus. Itu adalah pengalaman pertama saya bersentuhan dengan dunia lain. Dan kemarin di Flores, saya mengalami hal yang benar-benar di luar jangkauan akal sehat saya namun benar-benar terjadi. Semasa hidupnya, om memang terkenal sangat sayang pada kakak perempuan itu sehingga itu pula sebabnya om memilih raga kakak perempuan sebagai media untuk berkomunikasi dengan orang-orang terkasih yang ditinggalkannya. Jauh dari kesan menakutkan, om sangat ramah ketika 'kembali' ke tengah-tengah keluarga. Ia memberikan wejangan, nasehat, mengenang masa lalu, bahkan memberikan nomer togel dengan gaya seakan-akan dia memang masih hidup. Alih-alih suasana mencekam, peristiwa kerasukan itu malah menjadi ajang reuni keluarga dan penuh canda tawa. Saya tak tahu persis apa yang dikatakan om karena sebagian besar disampaikan dengan menggunakan bahasa daerah, tapi saya sempat berkenalan dengannya. Sebuah peristiwa yang tak akan terlupakan sepanjang hidup saya. Om tak hanya datang sekali, tapi sekitar 4-5 kali selama saya berkunjung kesana dan setiap kali datang, om akan bertahan sekitar 2-3 jam. Om dapat mengungkapkan kembali apa yang kami bicarakan dan apa yang kami rencanakan dengan tepat dan buat saya itu benar-benar menakjubkan.Satu hal yang buat saya penasaran adalah apakah Om dapat membaca apa yang kami pikirkan tapi tak terkatakan? Menurut pasangan saya sih itu tak dapat dilakukan tapi siapa yang tahu ? Suatu saat ketika saya sudah kembali ke Jakarta, Om datang dan dapat mengungkapkan kegalauan hati saya dan pasangan tentang sesuatu hal. Yang buat saya surprise adalah topik yang buat kami galau itu, kami bicarakan melalui YM. Jadi apakah Om bisa baca YM juga ? 
Beberapa kali kedatangan Om, kesan yang saya tangkap adalah penuh dengan suasana mistis dan menegangkan karena mungkin ada masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga besar berkaitan dengan ilmu-ilmu hitam tapi entahlah...itu hanya pengamatan saya sebagai orang awam saja. Namun reaksi pasangan saya, tak urung juga sempat menciutkan nyali saya...membuat bulu kuduk merinding namun saya pendam saja, berpura-pura tak takut. hehehehehe... Mudah-mudahan kalau saya betul-betul tinggal disana, hal-hal seperti itu tak akan terjadi...Amin!


 Salah satu makam keluarga (Om pastor) yang kami kunjungi di Seminari Rita Piret

-to be continued to part 2...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar