Have
you heard about this movie before? I haven’t until I read my friend’s timeline
about this film. This is what he said on his facebook :
“Accepted.
Bercerita tentang seorang remaja yang ditolak 8 kali masuk kuliah dan akhirnya
memutuskan untuk mendirikan universitas sendiri untuk membuat orang tuanya
terkesan. Sudah nonton 3 kali dan gak pernah bosan lihat film ini.”
Sebuah
testimony yang sangat mengusik rasa penasaran saya untuk ikut melihat filmnya.
Seberapa istimewanyakah film ini sampai orang sanggup menontonnya berkali-kali?
Jujur saja, berdasarkan pengalaman sendiri, saya jarang menonton film yang sama
berkali-kali hanya karena saya sangat terkesan dengan filmnya. Andaikata saya
menontonnya untuk kedua kali atau ketiga kali, itu lebih karena disebabkan saya
sudah tidak punya tontonan lain dan saya punya banyak waktu luang yang sayang
jika hanya dihabiskan untuk tidur.
Film ini bercerita
tentang seorang remaja Amerika yang baru saja menamatkan SMA-nya dan sedang berusaha
untuk dapat diterima di salah satu Perguruan Tinggi yang ada. Namanya adalah
Bartleby Gaines. Ia adalah anak yang kritis dan easy going, namun sayangnya Ia
kurang beruntung karena tidak ada satupun Universitas yang mau menerimanya dan
tentu saja hal ini mengecewakan orang tuanya. Orang tuanya beranggapan bahwa
orang akan menjadi sukses jika mereka menempuh pendidikan di Universitas. Demi
untuk memuaskan keinginan orang tuanya, B akhirnya melakukan kebohongan bahwa
Ia diterima di sebuah Universitas, yaitu South Hammon Institute Of Technology
(S.H.I.T). Kebohongan yang awalnya diciptakan hanya untuk membuat orang tuanya
terkesan bahwa Ia akhirnya dapat diterima di sebuah Universitas akhirnya
menjadi masalah yang semakin besar. Orang tuanya bersikukuh mengantarkannya ke
kampus di hari pertamanya kuliah, dan hal ini menuntut dia untuk menyediakan
gedung yang layak untuk menutupi kebohongannya tersebut. Akhirnya ditemukanlah
sebuah gedung bekas rumah sakit jiwa yang sudah tidak terpakai. Beberapa
renovasi dilakukan hanya sekedar untuk membuat orang tuanya percaya bahwa
universitas tersebut adalah nyata adanya. Kemudian, orang tuanya menuntut untuk
bertemu dekan karena mereka ingin memastikan anaknya mendapatkan pendidikan
yang terbaik. Akhirnya, Ia mengajak paman seorang temannya yang pernah menjadi
dosen namun kemudian dipecat karena kebiasannya yang suka minum-minum. Ternyata
persoalan tidak selesai sampai di situ. Karena kesalahan pembuatan website
‘Universitas Khayalan’, tiba-tiba datanglah sebuah kejutan di hari pertama
kuliah karena kemudian ada banyak orang yang mendaftar untuk kuliah di S.H.I.T.
Tak kuasa menolak dan mengatakan yang sejujurnya pada orang-orang yang semuanya
ditolak untuk masuk Universitas yang sesungguhnya menyebabkan B terpaksa
melanjutkan pendirian universitasnya.
Tidak menyangka akan
perkembangan yang terjadi, maka B akhirnya memiliki ide untuk menanyakan pada
masing-masing mahasiswa (i) tentang apa yang sebenarnya ingin mereka pelajari
dan Ia-pun membebaskan setiap mahasiswa (i) untuk berkreasi sesuai dengan
keinginan mereka tersebut. Alhasil, setiap mahasiswa hanya mendapatkan
fasilitas untuk mendukung apa yang ingin mereka pelajari dan proses belajar
mengajar diserahkan sepenuhnya pada kreatifitas mereka. Kampus-pun jadi meriah,
terasa menyenangkan, tidak menegangkan dan sangat menghargai. Sangat berbeda
dengan kampus Hammon (asli) yang sudah berdiri sejak 153 tahun yang lalu.
Kampus Hammon sangat bangga akan tradisi perploncoan-nya yang kerap melecehkan
mahasiswa yang tidak popular dan tidak keren. Konflik-pun tidak dapat dihindari
antara kampus S.H.I.T dan kampus Hammon yang asli. Puncaknya, para petinggi
kampus Hammon asli mengungkapkan identitas kampus S.H.I.T yang ternyata
hanyalah palsu belaka. Semua orang kecewa, namun B tetap gigih ingin
mempertahankan kampus yang memberikan harapan baru bagi orang-orang yang sudah
mengalami penolakan dimana-mana, apalagi setelah Dewan Pendidikan Tinggi
memberinya kesempatan untuk mengajukan akreditasi bagi kampus S.H.I.T. Tak
disangka, yang mendukung B sangatlah banyak dan semua mahasiswa (i) hadir dalam
sidang akreditasi tersebut. B berhasil meyakinkan dewan bahwa yang dibutuhkan
mahasiswa (i) adalah sebuah wahana pembelajaran yang kreatif dimana seluruh
mahasiswa (i) dapat berkembang sesuai dengan keinginan, minat dan kemampuan
masing-masing. Dan akhirnya, S.H.I.T pun berhasil mendapatkan akreditasi
meskipun harus menjalani masa percobaan 1 tahun.
Sebuah
kisah yang apik kan ? Bukan film terkenal namun pesan yang dibawa oleh film ini
sangatlah mengena dan menurut saya cukup menampar wajah system pendidikan. Apa
sebenarnya tujuan dari kuliah ? Tujuan kuliah adalah mempersiapkan mahasiswa
(i) menjadi orang yang mandiri dan memiliki pengetahuan sebagai bekal untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak. Terlihat mudah tujuannya namun dalam
pelaksanaannya seringkali system pendidikan lupa meng-akomodir keinginan dan
kebutuhan setiap individu untuk menjadi kreatif. Seluruh system pendidikan
di-setting seragam dengan tujuan yang pasti yaitu meluluskan siswa dengan nilai
yang tinggi, persetan apakah mereka benar-benar mengerti atau tidak, apakah
pengetahuan yang mereka ajarkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sang siswa
kelak atau tidak dan apakah mereka dapat menghidupi dirinya dari belajar di
bangku sekolah atau tidak. Akhirnya tujuan dari pendidikan-pun menjadi absurd,
tak jelas arahnya.
Apakah kita akan
menjadi sukses dengan bersekolah ? Think twice!!