Sejak saya kecil, saya bercita-cita ingin bekerja di pedalaman Papua-dulu namanya masih Irian Jaya. Sebuah artikel kecil di majalah Kartini tentang seorang dokter perempuan dari Jawa yang dengan penuh semangat pengabdian mengorbankan masa mudanya melayani masyarakat di pedalaman Papua telah menggugah minat saya dan dalam hati kecil saya selalu terucap..."Saya harus seperti dia jika besar nanti, bekerja di Irian Jaya". Dan, rupanya keinginan yang terucap terus menerus dalam hati itu-pun mendapatkan kesempatan untuk terwujud.
Tiga tahun yang lalu ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan media, saya mendapat telpon dari HR Manager PT. M****Papua dan meminta saya untuk datang interview. Wow...saya tak merasa melamar kesana tapi kenapa saya dipanggil? Itu adalah pertanyaan pertama yang muncul dalam benak saya. Sambil mencuri-curi waktu ketika mengurus vendor training, saya datang untuk memenuhi panggilan interview tersebut. *maaf mas ogie dan mas chaly...saya mencuri waktunya-membuat pengakuan* Perusahaan yang saya tahu persis adalah perusahaan besar dan terkenal cukup menggetarkan hati saya ketika datang ke kantornya untuk pertama kali dan saya berusaha meyakinkan diri saya bahwa saya layak untuk mendapat panggilan disana. Bertemu dengan HR Manager yang ternyata adalah seorang ibu yang sangat gesit, tegas dan percaya diri membuat saya minder sesaat. Namun, lama kelamaan minat saya yang besar akan Papua perlahan-lahan mengikis rasa minder saya dan berganti menjadi rasa percaya diri bahwa saya mampu menjawab tantangan yang dilontarkan oleh ibu HR Manager tersebut. Bahkan ketika direktur Finance dan SDM memberikan pertanyaan kepada saya, lebih suka bekerja di Jakarta atau Papua? Saya jawab dengan mantap tanpa keraguan...Papua! Hehehe...mungkin jawaban itulah yang akhirnya membuat saya tidak melalui proses panjang untuk diterima sebagai karyawan. *belakangan saya heran pada diri saya sendiri kenapa bisa seyakin itu dalam menjawab. hehehe...* Bahkan saya-pun melanggar ketentuan perusahaan untuk proses mengundurkan diri satu bulan sebelumnya karena saya sudah tak sabar ingin segera ke Papua. Di kemudian hari, saya menyesali tindakan konyol saya itu (tidak melalui proses one month notice-red.) karena saya merasa melukai hati mantan boss saya yang telah memberikan banyak ilmu untuk saya. Mereka memang tak berkata-kata tapi pesta perpisahan yang dilakukannya ketika saya pergi membuat saya mengerti bahwa mereka menghargai saya dan menyayangi saya. Ikatan emosi yang kuat tak pelak membuat saya merasa berat juga meninggalkan perusahaan lama, tapi apa boleh buat...impian masa kecil di depan mata, tak bisa lagi ditunda untuk terwujud. Saya nyaris menangis ketika mengucapkan kata-kata resign kepada boss saya dan dia benar-benar terkejut karena saya tak menunjukkan tanda-tanda akan hengkang dari situ. Tatapan matanya dan nasehat yang meluncur dari mulutnya benar-benar mengoyak pertahanan batin saya. Satu yang saya ingat dari pesannya, yaitu setiap kali saya merasa ragu, saya harus bertanya pada diri saya sendiri..."What are you looking for?" Dan, it works! Setiap kali saya merasa putus asa dan ingin menyerah ketika berada di Papua, saya langsung teringat pada kata-kata itu. Kata-kata itu bak mantra ajaib yang akan selalu mengembalikan saya ke jalan mimpi saya, memastikan agar saya tak melenceng dari jalur.
Tanggal 10 Maret 2008, saya resmi bergabung dengan PT. M****Papua dan ditempatkan di Merauke. Pertama kali masuk, saya terkejut bukan main karena ternyata perusahaan ini baru berdiri dan saya-pun termasuk karyawan pioneer. Nomer Induk Karyawan saya-pun masih berbilang puluhan, yaitu no 34. Wedeh...saya salah tangkap rupanya ketika interview. Merasa dibohongi ? Sedikit! Tapi kaki sudah melangkah dan tak bisa menekan tombol backspace, sehingga hambatan harus dilihat sebagai tantangan. Saya ikut menghadiri presentasi para kontraktor yang akan membangun di site Buepe, Merauke tempat perusahaan saya akan beroperasi nantinya dan surprise...ternyata tempatnya masih berupa hutan belantara...belum dibuka sama sekali. Duh! Dan semenjak surprise pertama itu, kejutan demi kejutan lainnya saya terima. Awalnya saya memang sempat pesimis dapat menjalani itu semua karena saya tidak punya pengalaman sebagai HR di site yang notabene akan lebih banyak bersinggungan dengan urusan administrasi dan hubungan industrial. Tapi perlahan lahan saya-pun mulai menemukan kenikmatan bekerja disana. Setiap hari adalah tantangan baru! Teman-teman datang silih berganti, ada yang bertahan *rombongan pertama hanya menyisakan 5 orang termasuk saya*, ada yang tak bisa pergi jauh dari keluarganya dan ada juga yang terlalu takut untuk menjalani kerasnya kehidupan di tanah Papua sehingga hanya bertahan tak lebih dari seminggu kemudian pulang kembali ke Jawa. Jauh dari keluarga membuat teman-teman seperjuangan menjadi keluarga. Saya menemukan sahabat, keluarga baru, bahkan pacar (:p) dan saya sangat bersyukur bahwa saya diberikan kesempatan untuk merasakan itu semua. Saya juga dapat banyak pengalaman yang tak mungkin saya dapatkan ketika saya memilih tetap bekerja di tempat lama, yaitu berkonflik dengan masyarakat lokal, diancam, didemo karyawan, sampai dengan perubahan management dan politik kantor. Pengalaman-pengalaman yang benar-benar menempa saya untuk semakin kuat dan dewasa...
Tiga tahun sudah saya berada di Papua dan saya masih ingin kembali kesana...membangun tanah Papua dengan kemampuan yang saya miliki...karena itulah mimpi saya!
Happy 3rd anniversary for me...Never Give Up!:p
March 10, 2008 - March 10, 2011
Beberapa hari ini hati saya berbunga-bunga, melayang ke taman firdaus. Saya tahu persis apa penyebabnya, namun tak bisa mengungkapkannya. Mengapa ? Karena saya memiliki complicated feeling. Dan karenanya, saya bagaikan makan buah simalakama. Jika saya ungkapkan, maka satu pihak akan tersakiti untuk kedua kalinya. Jika saya tak ungkapkan, berarti saya membohongi apa kata hati saya.
Saya tak terlalu berani mengambil resiko kali ini karena saya tak mau lagi terjebak dalam kisah yang semu dan mendatangkan sengsara berkepanjangan seperti yang sudah-sudah. Saya ingin matang dalam mengambil keputusan dan tak ingin membuat banyak hati terluka. Saya tak tahu bagaimana prosesnya sehingga saya seperti terlempar ke taman Firdaus sekarang ini dan merasakan gejolak gairah hidup bak remaja belasan tahun, namun semuanya berawal dari sebuah sapaan hangat yang masuk dalam ruang dengar saya dan kemudian menyentuh hati saya yang sedang dalam keadaan beku. Tak ada rayuan gombal setinggi langit, hanya obrolan-obrolan ringan tentang sebuah perjalanan ke tempat impian saya, tentang pekerjaan, tentang keluarga, tentang impian, dan lain sebagainya. Namun rupanya obrolan-obrolan itu akhirnya jadi semacam candu dalam hidup saya dan dirinya. Rasa rindu mulai menggelitik hati saya dan dirinya sehingga waktu dirasa tak pernah cukup untuk memuaskan keinginan kami untuk bercerita, saling menyapa dan berbagi tentang hidup.
Meskipun kami jadi akrab, namun sangat terasa masih ada jarak antara saya dan dirinya. Saya tak berani terlalu dekat karena kaki saya masih terikat pada sebuah hubungan masa lalu yang tak lagi berbentuk. Sedangkan dirinya mencoba untuk menahan diri agar tidak terlalu agresif dan mencoba menemukan moment yang pas untuk benar-benar terbuka. Lidah dapat dibuat kelu, dan tangan dapat diikat untuk menjaga agar semuanya tak melewati batas yang seharusnya, tapi hati tak pernah bisa ditipu. Meskipun ada jarak antara saya dan dirinya, namun hati saya dan dirinya semakin mendekat. Saya dapat merasakannya.
Entah kapan hati saya dan dirinya akan benar-benar bersatu dan diikuti oleh bagian raga yang lain. Mungkin waktu itu akan datang sebentar lagi atau mungkin juga tak akan datang. Semuanya tergantung dari keberanian kami masing-masing keluar dari ikatan yang membelenggu dan apakah Tuhan berkenan memberikan diri saya sebagai jodoh untuknya atau dirinya sebagai jodoh untuk saya.
Antara saya dan dirinya sekarang ini tercipta jarak tak kasat mata, dan hanya Tuhan-lah yang dapat menentukan apakah jarak tersebut akan semakin lebar ataukah menjadi tak berjarak lagi. Tapi saya berharap, ketika Tuhan memberikan keputusanNya, tak akan ada hati yang terluka, apapun hasilnya.
Sudah lama saya tak merasa bergairah seperti sekarang. Bergairah...bernafsu...bersemangat..! Apa gerangan yang membuat jiwa saya serasa berdenyut-denyut dan bak lampu petromaks yang terus dipompa sehingga nyalanya berpendar-pendar setara lampu 12 watt ? Tak lain tak bukan adalah karena saya punya mimpi, saya sedang punya keinginan yang telah lama terpendam dan akan terpenuhi dalam waktu dekat *tentu saja jika Tuhan mengijinkan-manusia boleh berencana, tapi Tuhan juga yang menentukan* Saya hanya tinggal menghitung hari hingga mimpi 7 tahun lalu akan menjadi kenyataan.
Mimpi saya berawal dari pencarian tempat eksplorasi untuk melakukan ekspedisi kecil-kecilan yang melibatkan seluruh divisi di Palapsi. Waktu itu sedang booming KKN Tematik, yaitu sebuah program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa secara bebas dan program itu akan dihitung sebagai kredit point KKN 3 sks. Sebuah program yang menyenangkan karena mahasiswa diperkenankan untuk merancang sendiri program pengabdiannya, beda dengan KKN reguler yang hanya mengikuti pola yang telah dirancang oleh universitas. PALMAE, kelompok mahasiswa pecinta alam dari fakultas ekonomi berhasil melakukan KKN tematik itu di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kebetulan waktu itu, saya kenal dengan beberapa penggiatnya dan tertarik untuk melakukan program serupa dengan membonceng kegiatan ekspedisi kecil-kecilan yang sedang digagas oleh Palapsi. Saya-pun menggali dari teman-teman PALMAE tentang Manggarai dan cerita mereka tentang kearifan budaya disana sekonyong-konyong membuat saya jatuh cinta pada Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur *eksotisme Manggarai serasa cocok dengan gairah idealisme saya tentang ecotourism yang menjadi minat besar saya saat itu*. Saya-pun mengusulkan pada tim kecil untuk melakukan kegiatan Litbang disana, melanjutkan apa yang telah dirintis PALMAE dan mendaftarkannya sebagai KKN tematik. Usul saya memang didengar karena kebetulan saya menjabat sebagai Kadiv Litbang saat itu dan termasuk salah satu yang berkewajiban untuk mencari tempat bagi tim saya untuk berekspedisi, namun saya rupanya terlalu naif dan lupa bahwa setiap organisasi punya 'gengsi'nya masing-masing. Kami adalah organisasi yang terkenal karena kreatifitas dan kegigihannya, masa iya akan mengikuti jejak organisasi lain atau istilah kasarnya adalah 'membeo', apalagi kami dilahirkan lebih dulu. Jadi, selain karena faktor tersebut dan faktor lainnya, Manggarai dicoret dari daftar tujuan ekspedisi. Saya legowo dan akhirnya memang saya mendapatkan pengalaman yang tak kalah serunya saat itu dan memberikan bekas yang mendalam dalam hati saya, yaitu keramahan penduduk Selo, Merapi.
Meskipun gagal ke Manggarai, namun tempat itu tak pernah saya lupakan. Dalam relung hati saya yang paling dalam, saya telah bertekad bahwa suatu saat saya akan kesana. Saya terlanjur jatuh cinta pada cerita teman-teman dari PALMAE tentang eksotisme Manggarai. Nah...ternyata Tuhan menjawab mimpi saya itu, meskipun tak persis sama dengan yang saya inginkan. Ketika bekerja di Merauke, saya bertemu dengan seorang teman dari Flores. Saya-pun menceritakan keinginan saya yang terpendam itu bahwa saya ingin berkunjung ke Manggarai. Ia-pun sangat antusias menjawab keinginan saya, meskipun ia tak berasal dari Manggarai. Ia mengajak saya ke kampung halamannya, Maumere. Hmm...siapa juga yang bisa menolak rejeki ? Perjalanan kami rencanakan di tahun 2010, namun karena kesibukan masing-masing dan jarak ruang sosial yang tercipta di antara kami, perjalanan itu gagal.
Berbagai peristiwa menerpa saya dan saya sempat lupa dengan mimpi saya itu hingga suatu hari teman dari Flores itu-pun kembali memasuki ruang sosial saya. Seorang teman yang dengan caranya telah berhasil menyentuh hati saya yang terluka, seorang teman yang mengucapkan suatu pengakuan yang menggetarkan hati saya, seorang teman yang tak pernah lupa pada janjinya untuk membawakan mimpi pada saya mengunjungi tanah Flores, dan seorang teman yang saya harap nantinya bisa lebih dari sekedar teman jika Tuhan mengijinkan-ups!. Dan melaluinya, mimpi saya 7 tahun lalu-pun akan terwujud sebentar lagi. Bulan April adalah bulan yang dijanjikannya untuk mengajak saya mengunjungi tanah kelahirannya. Saya begitu bersemangat melakukan perjalanan itu. Bukan hanya karena saya akan menggenapi mimpi saya, tapi juga karena saya sudah lama tak melakukan perjalanan yang penuh tantangan seperti itu. Perjalanan terakhir saya adalah ke Lampung bersama dengan teman-teman yang baru saya kenal lewat milis 1 tahun yang lalu. Sebuah perjalanan yang mengasyikkan dan saya menyukai perasaan yang timbul saat perjalanan itu...adrenalin saya terpompa hingga level optimal.
Saya masih belum tahu apakah perjalanan besok akan terlaksana atau tidak, akan semenarik perjalanan ke Lampung atau tidak, namun yang jelas saya sudah cukup bersemangat dengan hanya memikirkannya saja. Saya akan berangkat tanggal 19 April agar dapat merayakan Paskah disana yang konon katanya meriah. Saking antusiasnya, saya baru sadar bahwa sebenarnya itu adalah tanggal yang mustahil bagi saya karena tanggal itu adalah masa tutup buku untuk perhitungan payroll yang menjadi tanggung jawab saya. Tapi Flores sudah di depan mata...haruskah saya sia-siakan lagi kesempatan mewujudkan mimpi saya itu? Tas ransel sudah saya siapkan, dana untuk perjalanan telah saya sisihkan...haruskah saya menunda lagi?
Terimakasih untuk mas Haryo dan Ipunk Palmae yang telah menularkan mimpi tentang Manggarai...
Thanks to special friend who will take me to Flores. Without you, I can't reach my dream...
Saya tak tahu bagaimana awalnya namun sekarang saya jadi dibuat bingung oleh perasaan saya sendiri. Saya tak tahu bagaimana menjelaskan dengan kata-kata apa yang saya rasakan saat ini. Saya tak tahu apakah apa yang saya rasakan itu benar ataukah salah. Saya tak tahu apakah yang saya rasakan saat ini akan bertahan lama ataukah hanya karena rasa euforia dan kesepian saja.
Apapun itu, saya hanya ingin menikmatinya karena perasaan yang saya rasakan sekarang mampu membangkitkan saya dari keterpurukan, mampu membangkitkan kembali energi saya sedikit demi sedikit.
Namun, saya tak mampu mengekspresikan rasa saya itu dengan terbuka karena saya terikat pada sesuatu yang sebenarnya sudah tak jelas lagi bentuknya. Tak jelas bentuknya tapi tak dapat dilepaskan karena saya berhutang banyak pada bentuk yang kadang nyata kadang samar itu.
Rupanya saya memang tak bisa lepas dari sebuah rasa yang complicated. Apakah ini menjadi kutukan buat saya, tak bisa menjalani sebuah rasa yang bentuknya sederhana saja ? Hanya waktu yang bisa menjawabnya...akan berakhir seperti apa perasaan saya sekarang ini...
Dedicated to both of you who cheers up my life...
Saya mengalami beberapa episode tragis di tahun 2010 dan hal itu cukup membuat saya 'terpuruk'. Buat saya, cobaan di tahun 2010 kemarin adalah yang terberat yang pernah saya alami dimana salah satunya nyaris merenggut nyawa saya dari kehidupan yang indah ini. Namun, Tuhan masih memberikan kesempatan pada saya untuk memperbaiki hidup dan keluar dari lingkaran setan di tahun 2010. *kata seorang teman, tahun 2010 memang tahun yang berat untuk siapapun*
Lepas dari tahun 2010 yang penuh huru hara, saya memasuki tahun 2011 dengan rasa gamang. Bagaimana tidak ? Peristiwa traumatis yang saya alami masih segar dalam ingatan karena terjadi di penghujung tahun 2010 dan peristiwa itu merobek-robek rasa percaya diri saya, keberanian saya dan sedikit ketegaran saya. Buat orang-orang yang tak terlalu mengenal saya, mungkin hanya akan melihat secara kasat mata bahwa fisik saya mengalami penurunan. Namun, buat orang-orang yang dekat dan mengenal pribadi saya dengan baik, pasti akan dapat merasakan perubahan besar dalam diri saya. Tak dapat dipungkiri...sekuat apapun saya, peristiwa di penghujung tahun itu ternyata membawa dampak yang cukup nyata dalam perkembangan mental saya. Bukannya tak menyadari, namun kini-pun saya masih berusaha untuk menyembuhkan diri guna menjadi pribadi yang seutuhnya, kembali seperti dulu lagi...
Kewarasan saya sedikit hilang akibat peristiwa kelabu di penghujung tahun. Saya merasakan kehilangan beberapa kemampuan yang dulu sangat membantu saya untuk beraktifitas dan menjadi 'lebih' dari orang lain. Salah satu contohnya adalah memori. Saya memiliki ingatan yang bagus, namun sejak kejadian itu, saya seperti orang pikun. Lupa ini dan lupa itu. Dan, pengalaman paling gress adalah saya lupa password email untuk membuka blog ini. Sama sekali saya lupa...tak satupun abjad dari password itu yang melekat dalam ingatan saya, padahal saya cukup sering membukanya...Postingan saya yang terakhir-pun baru 1 bulan berselang. Saya mendadak menjadi khawatir bahwa ternyata dampak yang saya alami lebih besar daripada yang saya rasakan. Apakah sudah saatnya saya berkonsultasi pada seorang ahli untuk mengembalikan sedikit kewarasan saya yang telah terenggut paksa di penghujung tahun ?
Bagaimana menurut Anda ?