Sabtu, 05 Juni 2010

my boss is my enemy

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman membawa kabar berita yang cukup menggetarkan seluruh isi dunia persilatan di site perusahaan. Dia akan RESIGN! Resign alias mengundurkan diri dari pekerjaan sebenarnya merupakan hal yang jamak terjadi, namun yang membuat saya tak habis pikir adalah alasan teman saya di balik pengunduran dirinya tersebut. Sebagai orang yang cukup dipandang karena keahlian dan kedewasaannya dalam bersikap, alasannya untuk resign terdengar cukup konyol. Ia mundur karena tidak cocok dengan bossnya. Hmm... semua orang tahu bahwa nyaris semua orang yang memiliki label 'boss' memang memiliki sikap menyebalkan jika dipandang dari sudut pandang bawahan. Mulai dari gayanya memerintah, gayanya membuat keputusan, dan sejuta alasan lain yang membuat boss ada di dalam urutan pertama orang yang akan ditimpuk beramai-ramai jika ada kesempatan. *yang menyangkal pendapat ini pasti sedang di bawah ancaman bossnya. hehehe...

Boss bagaimanapun keadaannya, mau tak mau harus diakui bahwa dialah yang memilih bawahan dan bukan bawahan yang memilih bossnya. Jadi, baik dan buruknya tingkah laku boss memang harus diterima dengan lapang dada oleh bawahan. Memang sih...tidak semua bisa diterima, tapi jika tidak parah-parah sekali kenapa harus berontak apalagi jika hanya karena boss yang bertingkah laku NATO (No Action Talk Only) seperti yang dialami oleh teman saya? Ada saatnya batas kesabaran habis, namun ada saatnya pula bawahan harus menerima dengan pikiran terbuka alias menyesuaikan diri dengan boss demi kemajuan karirnya sendiri. Buat saya, karir professional saya tidak akan saya biarkan hancur gara-gara ketidakcocokan dengan boss. Boss yang 'sulit' seharusnya menjadi tantangan tersendiri bagi bawahan untuk dapat menaklukkannya. Teman saya ini sebelum mengundurkan diri, terlebih dahulu melakukan serangkaian aksi protes yang menurut saya kurang dewasa dan mencoreng perjalanan karirnya sendiri, yaitu membangkang perintah atasannya dan mangkir dari tugas-sebuah tindakan yang bisa dibilang tidak profesional. Membangkang dan mangkir adalah suatu tindakan yang kurang dewasa, karena bisa dibilang membangkang serta mangkir adalah tindakan yang biasa dilakukan oleh anak kecil jika sedang ngambek karena keinginannya tidak dipenuhi. Jika sudah begini, maka titik temu antara boss dan bawahan tidak akan pernah didapatkan dan biasanya yang terjadi adalah keadaan bertambah parah. 

Saya ingat, dulu waktu masih berkegiatan di organisasi pecinta alam, saya juga pernah mengalami hal yang sama. Saya jengkel sekali dengan seorang teman yang kebetulan diberi wewenang sebagai Ketua Organisasi dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter militer. Saya tak pernah menemukan kesepakatan dengan dia karena kebetulan gaya komunikasi dan pemecahan masalah kami yang berbeda. Dan karena tidak tahan, saya mengambil keputusan untuk keluar dari organisasi *melakukan tindakan konyol tercela dengan mutung sebagai aksi protes* , dan pada akhirnya, ini adalah tindakan yang sangat saya sesali sampai sekarang. Saya kalah sebelum berperang ketika mengajukan pengunduran diri tersebut, padahal sebenarnya masih ada cara-cara lain yang bisa saya lakukan untuk memenangkan 'pertempuran' dengan sang boss militer itu. Yang lebih parahnya, saya tak sadar bahwa tindakan saya itu menjadi preseden yang buruk bagi anggota yang lain. Ada beberapa orang yang mencontoh tindakan saya itu dan bertambah dalamlah rasa penyesalan saya. Beberapa bulan saya mengucilkan diri, tak berani datang ke sekretariat organisasi ataupun mengangkat muka pada teman-teman karena sangat malu telah begitu mudahnya menyerah pada boss yang 'gila' hanya gara-gara berbeda gaya/prinsip. 
Kembali pada perusahaan saya, dalam 1 minggu, 2 orang minggat alias melarikan diri tanpa pamit karena alasan yang sama, yaitu tidak cocok dengan boss. Duh...rupanya my boss is my enemy tidak dijadikan sebagai tantangan tapi malah dijadikan sebagai hambatan sehingga kabur-pun menjadi trend akhir-akhir ini. 


Tapi, ini juga tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran atas tingkah laku boss. Bagaimanapun juga hubungan antara boss dan bawahan adalah hubungan simbiosis mutualisme dimana mereka saling terkait dan membutuhkan serta tak dapat sempurna tanpa kehadiran yang lain. Jadi, buat Anda yang menjadi boss... sebaiknya rajin-rajin mencari tahu apa yang diinginkan oleh seorang bawahan dari seorang boss dan juga memandang sama tinggi terhadap bawahan karena tak selalu bawahan itu lebih 'bodoh' dari boss. Dan yang lebih penting adalah memanusiakan bawahan karena mereka bukanlah benda mati yang bisa diperlakukan semena-mena sesuai dengan keinginan kita sendiri-toh ketika bawahan tak ada, yang repot boss juga!


Jadi...boss Anda termasuk dalam list musuh Anda bukan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar