Dua hari lagi saya akan menjalani sebuah kehidupan baru di tempat yang baru. Meninggalkan seluruh harta benda yang tidak seberapa untuk mencari pengalaman di negeri orang untuk kedua kalinya. Dari hutan yang satu ke hutan yang lainnya. Menurut saya, layaklah gelar perantau dilekatkan pada saya. Saya tak punya tempat tetap untuk berlabuh karena selama ini saya tinggal di tempat yang bukanlah menjadi milik saya secara permanen. Kalau tidak sewa, ya merupakan fasilitas perusahaan atau rumah dinas. Apakah saya merasa terganggu dengan hal ini? Jujur...iya! Jika saya melihatnya dari kacamata penilaian masyarakat pada umumnya. Umur sudah tidak muda lagi-meskipun saya tak pernah merasa tua-, dan saya belum punya gambaran tentang hidup seperti apakah yang akan saya miliki kelak. Semuanya masih di awang-awang, sementara 90 persen wanita seusia saya mungkin sudah mapan hidupnya-menikah, punya keluarga, punya tempat tinggal, punya tabungan masa depan dan punya kehidupan normal seperti orang kebanyakan.
Namun apa mau dikata...mungkin inilah jalan hidup saya...seperti apa yang dikatakan ibu saya hari ini. Hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, meninggalkan jejak kesan di berbagai tempat bak musafir. Saya tidak merasa keberatan, malah bersyukur karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk hidup nomaden seperti saya, apalagi seorang wanita. Saya memiliki banyak keluarga di tempat terdahulu dan saya yakin juga bahwa saya juga akan mampu menjadi bagian dari keluarga di tempat baru. Menjadi bermanfaat bagi banyak orang dan bekerja dengan sebuah loyalitas dan tanggung jawab-hanya itu yang saya pegang sebagai prinsip. Mudah-mudahan saya bertahan di tempat yang baru.
And my journey is begin...
Wait for me, East Borneo...
Powered by Telkomsel BlackBerry®