Akhirnya...setelah beberapa hari saya ribut di Facebook mencari dukungan untuk nonton road race, saya berkesempatan nonton juga di hari Minggu, 24 Mei 2009 nan panas. Berbekal topi dan kamera, saya dengan semangat 45 meluncur menuju Jl. Raya Mandala yang telah diubah menjadi sirkuit dadakan, padahal saat itu suhu badan saya sedikit tinggi karena terserang flu. Saya tiba di arena balap pk. 14.00 dan jalanan sudah padat dengan penonton yang tampak antusias melihat event yang diselenggarakan setahun sekali di Merauke ini. Jalanan di Merauke sebenarnya jauh dari layak untuk dijadikan sebagai arena adu kecepatan karena jalannya tak mulus dan bergelombang tapi rupanya itu jadi tantangan tersendiri bagi pembalap.
Saya melewatkan satu seri balapan ketika menemukan tempat yang nyaman untuk menonton. Sebenarnya saya mengincar lokasi menonton di tikungan tapi karena datang terlambat, tikungan-pun sudah habis dilibas oleh penonton yang haus hiburan. Saya-pun cukup berpuas diri menonton di trek lurus. Saya sebelumnya tak tertarik pada even-even yang melibatkan banyak orang seperti itu, tapi road race yang cuma diadakan 1 tahun sekali ini merupakan hiburan tersendiri bagi saya, seperti halnya menonton karnaval kemerdekaan karena tak banyak hiburan yang bisa dinikmati di kota paling timur Indonesia ini. Jadi, motivasi saya menonton road race bukan karena saya hobby olahraga otomotif tapi karena saya tak punya pilihan hiburan lain.
Menonton road race sama seperti menonton karnaval, tak ada pembatas antara peserta balapan dan penonton. Ngeri juga menyaksikan banyak anak-anak kecil tanpa pengawasan dari orang tua atau orang dewasa yang ikut menonton road race. Mereka belum mengenal bahaya sehingga sering kali mereka terlalu ke tengah jalan ketika balapan berlangsung. Untung saja, polisi tanpa kenal lelah selalu menghalau penonton-penonton yang nakal melongok bahaya. Balapan usai menjelang sore hari. Di tengah-tengah pembalap melakukan victory lap, penonton sudah semburat bubar jalan sehingga tak ayal pembalap yang masih berkendara dengan kecepatan cukup tinggi harus mengerem mendadak untuk menghindari tabrakan dengan penonton. Sungguh tontonan yang menarik sekaligus sarat dengan bahaya!
Road race-pun usai-pemenang lomba berdiri dengan gagah di atas tribun kemenangan dan penonton puas karena telah diberikan suguhan atraktif dan mendebarkan jantung. Tapi, road race masih menyisakan pekerjaan bagi pekerja jalanan, yaitu sampah. Kesadaran yang rendah akan kebersihan lingkungan *tak ada satupun tempat sampah di jalan-jalan merauke* membuat arena balap yang notabene adalah jalan raya menjadi tempat sampah raksasa. Botol-botol minuman dan pembungkus makanan-pun menghiasi jalanan hingga hari senin menjelang.
Foto-foto road race dapat dilihat di blog saya yang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar