Hari ini perusahaan tempat saya bekerja mengeluarkan 2 internal memo yang berkaitan dengan kedisiplinan karyawan. Mengapa sampai perlu mengeluarkan 2 memo sekaligus dalam waktu bersamaan ? Jawabannya menurut saya cukup singkat, yaitu agar karyawan berani mempertanggungjawabkan tindakan/perilaku-perilakunya yang menyimpang dari peraturan perusahaan. *memang sih...banyak orang bilang peraturan dibuat untuk dilanggar, tapi apa salahnya mencoba untuk sedikit patuh* Dan, rupanya untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dibutuhkan sebuah hukuman yang cukup ekstrem, tak cukup lagi dengan sebuah teguran atau sindiran halus. Sistem reward & punishment terbukti efektif untuk membentuk perilaku, meski awalnya akan menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman.
Perusahaan saya menghadapi permasalahan yang cukup pelik tentang masalah kedisiplinan dan produktivitas karyawan. Sebagian besar karyawan belum berpengalaman bekerja di sebuah perusahaan sehingga masih belum familiar dengan peraturan-peraturan perusahaan. Akibat yang nyata terjadi adalah mereka cenderung bertindak sesuka hati, tidak memikirkan bahwa tindakan yang mereka lakukan akan berakibat cukup signifikan terhadap perusahaan. Contohnya adalah ijin meninggalkan pekerjaan untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan perusahaan, seperti istri sakit, anak sakit, keluarga meninggal, kerabat menikah, dll. Dan, jika dihitung total per bulan, maka angka kehadiran mereka rata-rata hanya 21 hari, jauh dari aturan standart menurut Undang-undang, yaitu 25 hari kerja dalam sebulan. Gawatnya adalah mereka merasa tindakan ini sah-sah saja dilakukan dan tidak merasa bersalah sama sekali, bahkan kadang memprotes perusahaan yang katanya tidak mengerti akan kesejahteraan karyawan. Fiuh!
Menurut saya, sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika setiap orang memiliki sedikit saja rasa tanggung jawab. Tanggung jawab disini berarti berani menanggung konsekuensi atas tindakan yang diambil dan melakukan kewajiban dengan bersungguh-sungguh, baru kemudian menuntut hak yang sepadan dengan hasil yang dicapai. Beberapa orang mungkin punya beberapa tanggung jawab sekaligus dalam hidupnya sesuai dengan perannya dalam lingkungan, yaitu tanggung jawab sebagai pekerja, tanggung jawab sebagai orang tua, tanggung jawab sebagai suami/istri atau tanggung jawab sebagai anggota komunitas, dll. Masalahnya adalah pemenuhan tanggung jawab dari masing-masing peran di atas kadang tidak seimbang dan yang paling sering dikorbankan adalah tanggung jawab sebagai pekerja. Tidak masalah jika seseorang menyadari bahwa jika dia tidak melakukan kewajibannya maka berarti dia tidak boleh menuntut haknya. Nah....yang sering terjadi di perusahaan saya adalah karyawan menuntut haknya padahal jelas-jelas mereka tidak menunaikan kewajibannya dan jika sudah begini, biasanya mereka alih-alih merasa bersalah, mereka malah sering mengintimidasi perusahaan dengan segala macam cara sehingga seolah-olah apa yang mereka lakukan adalah benar. *akhirnya jadi sulit membedakan...yang tidak bertanggung jawab ini sebenarnya siapa...karyawan atau perusahaan. piss* Apakah wajar seorang karyawan tidak masuk tanpa ijin selama nyaris sebulan, kemudian tiba-tiba datang dan melapor bahwa dia tidak masuk karena mengurus keluarganya yang sakit dan sekarang menuntut untuk dipekerjakan kembali ? Atau apakah wajar di saat jam kerja normal, bekerja secara santai, kemudian ketika memasuki jam-jam akhir kerja sengaja pura-pura sibuk agar dapat lembur ? Dan, apakah wajar telah menghilangkan barang inventaris perusahaan dan ketika diminta untuk menggantinya malah berdalih macam-macam yang buntutnya adalah tidak mau mengganti ? Saya jadi bingung...apakah urat malu saat ini mudah putus sehingga mengabaikan tanggung jawab sudah menjadi hal yang biasa dan bahkan dianggap sebagai 'pembenaran' demi kesenangan diri semata ?
Apakah Anda termasuk orang yang bertanggung jawab ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar